Minggu, 09 Oktober 2011

Komunitas Robot Ijo



Sabtu, 8 Oktober 2011, foodcourt Bekasi Cyber park (BCP) tampak ramai. Uniknya, pengunjung foodcourt yang tampak asyik berbincang-bincang itu memakai baju berlogo robot hijau. Mereka adalah orang-orang dari Komunitas Android Indonesia regional Bekasi.

Acara yang dimulai sejak pukul 13.00 WIB ini dihadiri oleh 22 pecinta android. Yang datang bukan hanya dari Bekasi, tetapi juga ada yang dari Tangerang dan Jakarta. "Kita mah kumpul-kumpul gini senengnya. Jadi bukan cuma di facebook atau Kaskus aja diskusinya. Tapi juga secara langsung. Lebih enak", kata Sonny Ariady, inisiator acara gathering tersebut.

Kegaiatan yang dilakukan antara lain upggrade versi OS (Operating System) handphone Android yang mereka pakai dan berbagai kegiatan "mengoprek" lainnya. Para anggota komunitas bisa saling berbagi file aplikasi mentahan yang nantinya tinggal di install secara offline mode. Bukan lagi harus mendownload melalui Android market.

Danny Suprawesti, seorang mahasiswi semester 7 UNJ mengatakan bahwa banyak manfaat yang bisa ia peroleh selama masuk menjadi anggota komunitas. Dia bisa meminta tolong kepada anggota lainnya ketika HP nya bermasalah. "Kalo harus ke Service Center bisa kena biaya gocap sampe dua ratus ribuan".

Acara yang rutin diadakan tiap dua bulan sekali ini cukup mengundang perhatian para pengunjung foodcourt BCP. Suasana foodcourt jauh lebih kelihatan seperti konter handphone. Tak lagi tampak seperti tempat makan.

Android memang sedang booming di tanah air. Di Amerika sendiri, penjualannya meningkat sebesar 400 persen. Jauh mengungguli kedua saingannya, Blackberry dan iPhone. Menurut para anggota komunitas, mereka menyukai smartphone berbasis Android karena lebih menantang untuk dioprek. Sifatnya yang open source merupakan kecintaan para geek yang suka menguasai teknologi. Bukan justru dikuasai oleh teknologi.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Lelahnya Penantian

Pria bermata sipit itu tampak lelah. Hari ini dia sudah berjanji akan bertemu dengan pacarnya yang ada di Bekasi. Jam di dasbor Terios-nya menunjukkan pukul 15.35. Duduknya gelisah di balik kemudi. Pacarnya sudah beebrapa kali menelepon. Menanyakan keberadaannya.

Chung Chan Hung, warga Korea yang memiliki bisnis courier and cargo ini menghela napas berkali-kali. Gerbang tol Bekasi Barat sudah tampak. Namun, ratusan mobil yang berbaris di depannya masih panjang. Macet. Berangkat dari Kamal, Jakarta Barat, sejak pukul 13.00, dia tak kunjung sampai ke tujuan. Padahal, biasanya dia hanya menghabiskan satu jam perjalanan menuju tambatan hatinya itu.

iPhone 4-nya berdering, menampilkan foto seorang gadis muda berjilbab. Tertera di layar sebuah nama : My Evie.

"Sayang, di mana? Aku udah sampe di Cyber Park satu jam yang lalu", suara gadis belia di seberang sana membuka percakapan.

"O.. maaf sayang. Macet sekali. Saya udah sampai toll Bekasi Barat, tapi di sininya tidak bisa keluar. Banyak mobil di depan", jawab pria berambut setengah ikal itu dengan suara baritonnya.

"Ya udah, aku tunggu di toko buku ya. Depan Bumbu Desa. Hati-hati"

Suara gadis yang terpaut usia 15 tahun dengannya itu menutup percakapan di telepon. Chan mendesah lega. Pacarnya tidak marah. Dia mengutuki jalan sepanjang Jakarta-Bekasi yang sangat padat di Sabtu sore tanggal 1 Oktober 2011.

"Mungkin karena hari ini banyak yang gajian, jadi mereka keluar untuk jalan-jalan", pikirnya.

Keluar dari gerbang tol Bekasi Barat, Chan megarahkan mobilnya ke kiri. Melewati Metropolitan Mall Bekasi, menuju mall di sebelahnya. Bekasi Cyber Park lah tujuannya. Tempat kekasihnya menunggu sejak tadi. Pria yang tinggal di Apartemen kawasan Citos ini beberapa kali menggerutu. Jalanan Bekasi yang padat membuatnya semakin tak sabar.

Terios-nya ia pakirkan di parkiran lantai satu. Dari situ, ia tinggal berjalan masuk mall melalui pintu yang di parkiran. Berjalan melewati deretan penjual laptop, handphone, dan berbagai perangkat elektronik lainnya. Ia mengambil arah ke kiri dari pintu masuk tadi, langsung menuju ke Toko Buku Gunung Agung. Matanya langsung mencari-cari sosok gadis yang tadi menelponnya.

Di deretan novel, ia menemukan Evi di sana. Asyik membaca novel karya Mira W, tak sadar dengan kehadiran pria dengan tinggi 175cm yang sudah ada di sampingnya. Toko buku adalah tempat gadis di sampingnya itu menunggunya. Di mall manapun mereka membuat janji untuk bertemu.

Evi terkejut. Pinggangnya ada yang merangkul. Ia hampir marah, tetapi urung. Laki-laki yang ada di sampingnya itu bukan orang asing baginya. Dia lah yang ditunggu-tunggu sejak satu jam yang lalu.

"Ke mana aja??", tangan Evi mencubit perut Chan. Pura-pura marah.

"Maaf, tadi macet sekali. Aigoo.. (Ya ampun -red) kamu marah ya? Capek tunggu?", wajah Asia Timur itu menampilkan penyesalan.

Sambil menghela napas, Evi meletakkan Novel Mira W yang masih dibacanya itu ke rak buku. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia langsung berjalan menuju pintu keluar. Chan mengikuti di belakangnya.

"Kamu parkir mobil di mana?", tanya Evi kepada Chan sambil terus berjalan melewati deretan konter HP.

"Di lantai ini juga. Sebelah sana", telunjuk Chan mengarah ke depan. Lurus.

Pintu masuk mall yang ada di tempat parkir memang memudahkan pengunjung. Pasangan berbeda kewarganegaraan itu berjalan melewati deretan mobil di tempat parkir yang cukup gelap dan pengap tersebut. Terios milik Chan terparkir cukup jauh dari pintu masuk mall.

Evi lemas mengikuti langkah Chan yang panjang-panjang. Biasanya, dia yang memiliki tubuh setinggi 150 cm ini bisa mengimbangi langkah kaki kekasihnya. Namun, sore itu dia sedang puasa. Dikarenakan tak makan sahur, maka badannya serasa tak bertenaga lagi di pukul empat sore itu. Dari tempatnya tinggal, Cibitung, ia pergi ke Bekas Cyber Park untuk bertemu Chan. Ia merasa kasihan jika Chan terus menjemputnya ke Cibitung. Terlalu jauh.

Seusai masuk ke mobil, diterpa oleh AC, Evi merasa ngantuk. Chan menggenggam tangannya, masih dengan wajah menyesal.

"Tunggu lama ya? Sorry..", ucapnya sambil mengelus pipi kiri Evi. Wajah oriental berusia 35 tahun itu biasanya tampak muda. Namun, kali ini terlihat lebih tua karena kerutan penyesalan di wajahnya. Ditambah dengan rasa lelah dan stres mengemudi selama lebih dari dua jam.

Evi tak menjawab. Dia langsung menyandarkan kepalanya ke bahu lelaki yang ia sayang itu. Area parkir yang gelap menjadi semakin gelap. Evi tak melihat apa-apa lagi. Matanya telah terpejam. Tidur, karena lelah menunggu. Menunggu pacarnya, menunggu waktu berbuka puasa yang masih kurang dua jam lagi.

Kamis, 07 Juli 2011

Kisahku

Jumat siang yang tidak begitu menyenangkan bagiku. Bangun tidur setelah menangis semalaman membuat kepalaku pusing dan mataku bengkak. Ya, aku habis bertengkar hebat dengan pacarku semalam, hanya karena kesalahpahaman saja. Malas sekali rasanya bangun dari kasur ini, tapi aku harus segera mandi, karena temanku Ines akan berkunjung ke kos-kosanku yang terletak di belakang DPRD Kota Bekasi.

Tidak lama setelah aku selesai mandi, Ines datang. Sempat heran dengan kedatangan Ines, karena sebelumnya di sms dia tidak menjelaskan alasan kedatangannya. Langsung saja kusuruh dia masuk ke kamar kos berukuran 3x3 meter bercat putih gading, yang terlihat semraut karena aku belum beres-beres kamar.

Ines langsung merebahkan tubuhnya di kasur busaku yang dibalut sprei berwarna hitam putih dengan motif sapi-sapi gendut.

“Huuft, gila cuaca sih rada mendung, tapi udaranya panas banget…bikin lengket badan aja nih!”
“Makanya mandi dong kaya gue, hahaha…”
“Ah, elu aja baru mandi barusan bangga. Hahaha…”

Terlihat sangat lelah temanku yang satu ini, langsung saja ku ambilkan segelas air dingin dari dispenser. Tanpa basa-basi lagi ku tanyakan alasan dia ke tempatku, dengan muka lesu dia menjawab bahwa kisahku akan dijadikan bahan untuk tugas menulis jurnalistik sastranya. Sejenak aku berpikir, lalu aku mengiyakan untuk di wawancarai, sekalian curhat gratis.

Oke, aku seorang wanita biasa-biasa saja. Dengan tinggi 165cm dan berat 47kg aku rasa cukup ideal buatku. Rambut lurus panjang se-pinggang, mata belo dan kulit sawo matang lumayan bisa membuat para cowok yang berpapasan denganku dijalan melirik sampai 180 derajat ke arahku.

Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, tak terkecuali aku! Keperawananku hilang sejak aku duduk di bangku SMA. Sedih memang, tapi “kecelakaan” itu terjadi bukan atas keinginanku! Aku menjalani hari-hari yang biasa saja, tanpa ada gairah hidup. Masa depanku sudah hancur, tapi aku masih mempunyai mimpi. Mimpi bertemu dengan seorang pangeran berkuda putih yang mencintaiku dengan tulus dan ikhlas menerima kekuranganku.

Akhirnya aku lulus SMA dan kuliah di universitas terbesar dan tertua di Bekasi. Aku sangat bersemangat, karena akan bertemu dengan orang-orang baru dan suasana baru tentunya. Kehidupanku di kampus biasa saja, aku berteman dengan banyak orang dari jurusan lain dan mencoba membina hubungan pertemanan yang baik. Sampai suatu hari aku mengenal “dia”. “Dia”, Radit namanya, satu kampus denganku tetapi berbeda jurusan.

“Pangeran berkuda putih yang selama ini aku nanti”, bisikku dalam hati.

Sosok yang begitu sempurna di mataku. Tidak terlalu lama kami pe-de-ka-te, hanya satu bulan setengah lalu kami menjalin hubungan. Hubungan yang cukup serius, karena di bulan berikutnya dia melamarku secara pribadi dan memintaku untuk menikah dengannya.

Tanpa ragu aku mengiyakan permintaannya tersebut, seminggu kemudian kami menikah dibawah tangan atau nikah sirih. Kami menikah di Kota Karawang, aku di walikan oleh sepupuku yang tinggal di Karawang. Kami menikah tanpa direstui kedua orangtua kami masing-masing, dan tanpa sepengetahuan keluarga kami kecuali sepupuku. Salah memang jalan kami, tetapi kami sudah saling mencintai.

Beberapa hari kemudian Radit mulai tinggal bersamaku di kos-kosan. Kami menjalani hidup layaknya sepasang suami-istri sungguhan. Pulang-pergi ke kampus bareng, makan siang bareng, sampai semua teman-teman iri kepada kami. Tetapi tidak ada satu orang teman pun yang mengetahui kalau kami sudah ada ikatan pernikahan, sengaja kami merahasiakannya.

Satu bulan, tiga bulan, dan lima bulan sudah kami menjalani kisah ini. Terasa sangat indah,aku merasa sebagai seorang wanita yang paling beruntung di dunia ini karena mempunyai suami yang baik, perhatian dan sangat pengertian.

Sampai pada suatu hari aku memergoki dia selingkuh! Dia jalan dengan wanita lain yang masih satu kampus juga dengan kami. Dan yang lebih sakit hatinya lagi, mereka jalan, nonton, makan, dan beli baju pakai uang bayaran semesterku!!! Uang itu ku titipkan di Radit agar tidak terpakai olehku, tetapi mengapa justru dipakai untuk selingkuh dengan wanita lain??? Sampai akhirnya aku harus cuti kuliah semester berikutnya.

Sejak kejadian itu hubungan kami berubah drastis!!! Tidak ada kehangatan, kasih sayang, bahkan hanya sebuah pelukan sekalipun! Radit pun menjadi sosok yang tak ku kenal, dia menjadi sangat dingin terhadapku, dan sangat jarang sekali pulang ke kos-kosan.

Radit menjadi kasar. Dia sering membentakku kalau aku melakukan satu kesalahan kecil saja, tak jarang dia juga memukulku. Aku mencoba sabar, mungkin saat itu dia sedang emosi saja. Aku turuti semua perintah dia, karena dia suamiku, suami yang sangat ku cintai.

Beberapa hari kemudian aku memergoki dia jalan bersama wanita itu lagi, mereka pergi nonton film, makan, lalu berakhir ke kos-kosan wanita tersebut. Aku tidak bisa menahan emosiku yang sudah memuncak. Aku nekat mendobrak pintu kamar kos wanita itu, dan aah… ternyata mereka sedang bercumbu!!!

Kaget dengan kedatanganku, mereka langsung melepaskan pelukan dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Langsung ku caci maki mereka berdua dengan kata-kata kasar, ku gebrak pintu sekencang-kencangnya hingga mereka berdua terkejut. Emosiku sudah tidak terkendali lagi, ku dekati wanita itu dan langsung kujambak rambutnya yang hanya sebahu. Aku teriakan cacian di depan mukanya, dia tidak mencoba melawan sama sekali karena dia merasa bersalah.

Radit mencoba memisahkan kami, tapi kemarahanku langsung berpindah ke Radit. Aku dorong dia hingga dia jatuh tersungkur, lalu aku tampar muka dia sekuat tenangaku sambil bercucuran air mata. Aku tidak tahan melihat kejadian ini, setelah lelah aku pun terduduk dan menunduk sambil tetap menangis tersedu-sedu. Aku tidak menyangka sama sekali Radit tega sejahat itu terhadapku.

Merasa sangat bersalah, wanita itu meminta maaf kepadaku. Tidak ku jawab, hanya ku pandang dengan tatapan sinis lewat sudut mata. Dia tetap meminta maaf kepadaku sambil mencium-ciumi tanganku dengan berderai air mata, lalu aku dorong tubuhnya pelan karena tenagaku sudah habis terkuras untuk mengeluarkan amarahku tadi.

Radit mengajakku untuk pergi dari tempat itu, dengan lemas aku pun berjalan mengikuti Radit untuk naik ke motor dan pulang ke kos-kosan kami. Sepanjang jalan aku hanya diam, sementara Radit berusaha untuk menjelaskan semua yang terjadi. Sesampainya di kos-kosan, aku langsung menuju kasur untuk rebahan karena tubuhku terasa sangat lelah. Radit mengunci pintu lalu menghampiriku dan memintaku untuk membahas masalah yang terjadi.

Plak…!!! Panas terasa di pipi kiriku. Tidak menyangka Radit akan melakukannya lagi, seharusnya aku yang marah tapi kenapa justru dia yang lebih memarahi aku? Membentak, mendorong, dan memukulku berkali-kali. Lengan bajuku robek, berhelai-helai rambutku berserakan di pinggir kasur, darah segar mengucur perlahan dari sudut bibirku. Perih, hanya itu yang kurasakan.

Melihat keadaanku yang sudah babak belur, Radit terlihat merasa bersalah. Dia memelukku, menciumiku, menghapus darah di bibirku, lalu meminta maaf sambil mencium keningku. Aku hanya diam dengan tatapan kosong, karena sudah terlalu lelah dan shock dengan perlakuan kasar Radit terhadapku. Tidak ku jawab permintaan maafnya, hatiku masih sakit. Langsung ku rebahkan tubuhku, menghadap tembok dan membelakangi Radit, mencoba untuk terlelap. Radit mendekapku dari belakang, menciumiku, dan mengajakku untuk berhubungan intim. Setelah itu Radit tidur, sementara aku hanya bisa menangis meratapi nasibku.

Seminggu setelah kejadian itu hubungan kami sempat berantakan dan putus. Radit pulang ke rumah orang tuanya dan tidak pernah sama sekali menghubungiku. Aku sempat pacaran dengan orang lain, anak kampus lain. Hubungan kami hanya berjalan selama satu bulan. Setelah aku putus, Radit kembali menghubungiku, dan akhirnya kami kembali bersama lagi.

“Positif yank”
“Masa sih? Coba di tes pake yang satu lagi!”
“…”
“Tetap sama hasilnya, ‘positif’ yank”

Sudah satu bulan aku telat haid. Bingung dan tidak tau harus melakukan apa. Kami memang sudah menikah, tetapi menyembunyikannya dari keluarga kami. Aku telah meminum berbagai macam jamu pelancar datang bulan, nihil. Aku sudah memukul-mukul perutku, lompat-lompat, berharap bisa keguguran. Tetap tidak ada hasilnya.

Suatu sore saat aku sedang menonton tv di kos-kosan bersama Radit, mantanku yang anak kampus lain itu sms.

Sore beby, lagi apa km? aku kangen km beb…udah beberapa hari ini aku kepikiran km, pasti km lagi kangen sama aku ya??? Hehehe… beb, aku mau kita balikan lagi, aku masih sayang sama km. aku mau kita jalan-jalan lagi ke Bandung cuma berdua kaya kemarin… aku harap perasaan km sama kaya yang aku rasain…

Mampus aku!!! Mantan aku yang anak lain kampus sms, dan yang buka pertama Radit!

“Ngajak balikan tuh!”
“Apaan sih kamu yank…”
“Ngapain kamu berduaan sama dia ke Bandung? Kemananya???”
“Cuma jalan-jalan ke Kawah Putih sama Ciwidey aja kok”
“Pake nginep segala kan?”
“Cuma malemnya doang kok, paginya juga udah pulang lagi”

Plaaaakkk!!!

“Kenapa sih yank? Itu kan waktu kita putus”
“Ngapain aja lu disana?”
“Kita nggak ngapa-ngapain kok, nggak yang macem-macem”
“Aaahh… bullshit lu!!! Lu ngelakuin “itu” kan sama dia??? Jujur sama gue!!!”
“Nggak yank, sumpah aku nggak ngelakuin “itu” sama dia”
“Nggak percaya gue sama lu, dasar cewe murahan!!!”

Radit langsung pergi meninggalkanku sendirian di kos-kosan. Beberapa menit kemudian dia sms, dia tetap tidak percaya kalau aku tidak melakukan apa-apa dengan mantanku itu. Dia terus sms dengan kata-kata kasar, dan yang bikin aku sakit hati, dia mengira anak yang aku kandung ini bukan anak dia. Dia mengira ini adalah anak mantanku. Sesak sekali rasanya dadaku ini, aku menangis sampai tidak ada suaranya. Sudah ku jelaskan bahwa ini anak dia, tapi dia tetap tidak percaya dan malah menyuruhku untuk mengejar mantanku dan meminta pertanggungjawabannya.

Tidak akan pernah aku mengejar mantanku untuk meminta pertanggungjawabannya, karena aku memang tidak melakukan apa-apa dengan dia. Sudah berapa kalipun aku jelaskan kepada Radit, dia tetap tidak percaya. Dia menyuruhku untuk pergi jauh dari hidupnya, dan dia sudah tidak mau tau lagi tentang aku dan bayi ini.

Beberapa hari kemudian Radit sms aku, dia bilang aku harus memberikan bukti yang konkrit bahwa bayi yang aku kandung ini adalah anak dia. Dia menyarankanku untuk tes DNA, dan dia menyuruhku untuk mengurus tes itu sendiri, kalau sudah dapat hasilnya baru kasih kabar dia.

Dari artikel yang ku baca, untuk tes DNA janin itu dibutuhkan dana 7,5 juta. Uang dari mana sebanyak itu? Radit sudah tidak mau lagi membantuku. Tidak tau harus berbuat apalagi, hanya menangis, menangis, dan menangis yang bisa ku lakukan setiap hari. Sempat ingin mengakhiri hidup, tetapi aku teringat kedua orang tuaku dan membatalkannya.

Aku berpikir, daripada uang untuk tes DNA lebih baik aku pakai untuk menggugurkan kandunganku. Tidak peduli lagi dengan kepercayaan Radit, mau seperti apapun ku jelaskan dia tetap tidak percaya. Perutku semakin hari semakin membesar, aku takut ketahuan keluargaku.

Aku searching tentang obat untuk menggugurkan kandungan, setelah beberapa artikel yang ku baca akhirnya aku menemukan sebuah artikel yang menceritakan tentang ketidaksengajaan ibu hamil yang meminum obat dan mengakibatkan kandungannya keguguran.

Setelah aku catat nama obat tersebut, aku searching untuk mengetahui khasiat dan efek samping obat itu. Ternyata itu adalah sebuah obat maag yang berdosis sangat tinggi, sangat keras yang dipantau penjualannya dan harus menggunakan resep dokter untuk mendapatkan obat tersebut.

Aku mencoba beranikan diri membeli di apotek tanpa menggunakan resep dari dokter. Apotek pertama gagal, baru ku sebutkan nama obat itu, dengan muka jutek mbak-mbak penjaganya bilang di apotek tersebut tidak menjual obat itu. Apotek kedua gagal, sama kejadiannya dengan yang pertama. Apotek ketiga, keempat, kelima, nihil. Di apotek keenam penjaganya menyuruhku untuk membawa resep dokter, tapi aku tidak tau dokter mana yang mau memberikan resep untukku. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam saat aku keluar dari apotek yang terakhir. Sudah sangat lelah, aku berniat untuk pulang ke kos-kosan saja. Ku nyalakan Vario pink-ku, ku arahkan menuju kos-kosan.

Pagi yang cerah, sangat bagus untuk melakukan aktivitas dan bersemangat. Sayangnya tidak bagiku! Harusnya aku kuliah pukul 8, tetapi aku membolos dan berniat mencari obat itu lagi. Segera ku ambil handuk cokelatku dan langsung mandi secepat-cepatnya untuk segera mencari obat itu lagi.

Seperti biasa, Vario pink-ku menemani kemana pun aku pergi. Tapi tidak tau tujuannya, yang aku pikirkan hanya segera menemukan apotek dan membeli obat itu. Aku berhenti di sebuah apotek di pasar, langsung saja ku sebutkan nama obat itu.

“Mau beli berapa?”
“Satu berapa harganya mbak?”
“30 ribu”
“Yaudah beli empat aja mbak”

Tidak menyangka, dengan mudahnya mbak-mbak tersebut memberikan obat itu begitu saja, tanpa muka jutek dan harus dengan resep dokter. Dengan gembira aku mengendarai motorku menuju kos-kosan untuk segera menggunakan obat itu.

Sesampainya di kos-kosan, aku ganti baju dengan kaos yang sudah belel supaya lebih nyaman, dan celana basket hitam-oranye selutut. Jantungku berdetak lebih cepat, keringat dingin membasahi pelipisku, dan perutku terasa mulas. Aku takut terjadi apa-apa denganku setelah menggugurkan kandunganku. Karena aku melakukan ini hanya sendirian, tanpa seorang pun tau, termasuk Radit.

Setelah beberapa menit hanya memandang obat bulat berwarna putih tersebut, akhirnya aku memberanikan diri untuk meminumnya. Dua butir langsung ku telan. Setelah satu jam, tidak ada reaksi apapun dari obat tersebut. Padahal yang diceritakan di artikel, obat itu bereaksi setelah satu jam. Dua jam, empat jam, enam jam dan tujuh jam sudah aku meminum obat itu tetapi tetap tidak ada reaksi apapun.

Mulai putus asa. Karena terlalu lama, akhirnya aku sampai lupa dan sempat tertidur. Satu jam kemudian, tepat pukul 5 sore tiba-tiba sesuatu keluar dari ms.V-ku. Cairan seperti air keluar sangat banyak, aku panik dan langsung buka celana menuju kamar mandi. Setelah aku jongkok untuk menyiram ms.V-ku, darah segar keluar dan perutku mulai terasa sangat sakit. Sekitar dua menit darah itu terus mengalir, membuat kamar mandiku sangat berbau amis. Sambil menangis, ku siram terus-menerus darah yang keluar.

Aku sangat takut, aku tidak pernah mengalami ini sebelumnya. Darah pun berhenti mengalir, segera ku bersihkan tubuhku lalu berniat kembali ke tempat tidur. Baru keluar dari pintu kamar mandi, darah keluar lagi. Celana ku bersimbah darah, ku lepas dan segera masuk kamar mandi untuk membersihkannya lagi. Saat aku membasuh ms.V-ku, sesuatu keluar dari ms.V-ku. Ku raba-raba, semakin lama semakin besar yang keluar, setelah ku lihat ternyata itu adalah sebuah kaki! Kaki bayiku… tangisku makin kencang, aku sangat takut. Aku sendirian menghadapi ini.

Perutku semakin terasa mulas, dan tangisku pun makin keras menyeruak ke kamar kos-kosan. Aku tidak peduli dengan tetangga kos-kosanku berpikir apa, yang terpenting adalah perutku sangat sakit dan aku tidak sanggup menahannya. Aku menangis tersedu-sedu, tidak kuat menahan sakitnya. Baru tersadar olehku betapa tersiksanya orang yang melahirkan. Lalu aku mengikuti cara ibu-ibu melahirkan yang ku lihat di sinetron-sinetron. Aku ngeden sekuat tenagaku, setiap aku ngeden bayiku keluar sedikit demi sedikit. Aku terus ngeden sambil tetap menangis. Aku sungguh tidak kuat lagi, badanku lemas, kaki gemetar, aku sangat kelelahan. Tetapi aku terus melanjutkannya, tinggal setengah lagi bayiku benar-benar keluar.

Setelah menarik nafas panjang, aku kerahkan seluruh sisa tenagaku. Aku ngeden sekuat-kuatnya, bayiku keluar bersama ari-arinya! Wajahnya tepat menghadap ke arahku, sungguh tampan anakku. Bayiku berjenis kelamin laki-laki. Wajah tanpa dosanya membuat tangisku makin kencang, ku pegang tubuhnya yang masih sangat merah dan berlumuran darah. Tulang-tulangnya sudah terbentuk hampir sempurna tetapi masih lembek, jari-jari kaki dan tangannya sudah terbentuk tetapi belum terpisah. Tali pusarnya melilit di bagian kaki kirinya, segera ku lepaskan.

Aku adalah seorang ibu yang paling jahat, tega membunuh buah hatinya sendiri. Aku menangis sambil memegang bayiku selama beberapa menit. Sungguh tidak tega untuk melepaskannya. Darah terus mengalir membanjiri kamar mandi, badanku terasa sangat lemas. Ku balut bayiku dengan baju kotor, lalu ku letakan dekat ember besar, sementara aku terus menyiram darah yang sudah sangat banyak.

Setelah tubuhku dan kamar mandi sudah bersih, aku segera berpakaian bersih dan memasang pembalut untuk menyerap darah yang masih keluar dari ms.V-ku. Aku langsung mengambil minum, setelah itu langsung merebahkan tubuhku di kasur busa. Aku membenamkan wajahku di bantal dan menangis sejadi-jadinya.

Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu kamarku di ketok-ketok. Setelah ku buka ternyata Radit. Dia bilang dari semalam kepikiran aku terus dan firasatnya tidak enak. Mendengar ucapannya aku langsung menangis dan memeluknya sangat kencang. Ku ceritakan yang baru saja terjadi, dia kaget dan ikut menangis sambil memelukku. Lalu dia ke kamar mandi untuk melihat bayi kita, tangisnya makin kencang dan badangnya berguncang hebat. Setelah dia melihat, dia baru mengakui kalau itu adalah anaknya. Mungkin ada ikatan batin antara dia dan bayi ini.

Kami berdua kembali ke tempat tidur, duduk bersandar di tembok sambil berpelukkan dan menangis bersama. Radit memikirkan tempat untuk menguburkan bayi ini, akhirnya kami sepakat untuk menguburkannya di halaman rumah Radit. Pukul 9 malam Radit pulang dan membawa bayi kami untuk segera dikuburkan. Sementara aku menunggu di kos-kosan sambil terus menangis sepanjang malam dan membaca doa untuk anakku.

Ku lihat mata Ines sudah berkaca-kaca mendengar ceritaku, aku sendiri dari awal bercerita sudah menangis. Ku seka air mataku lalu aku mencoba untuk tetap tersenyum di depan temanku ini.

“Udah ah, jadi sedih-sedihan gini sih. Hahaha…”
“Sumpah ya, gue salut sama lu. Lu bisa ngelewatin semua itu sendirian”
“Haha, ya waktu itu gue kan ga tau lagi harus berbuat apa dan kalo ga secepatnya bisa berabe”

Setelah ngobrol ngalor-ngidul sama Ines, kami mulai sibuk memainkan hape masing-masing.

“Eh, beli maicih yuk… lagi gentayangan di depan Mandala tuh. Gue pengen beli yang level 10 ah”
“Ayo Nes, gue juga penasaran!”

Rabu, 06 Juli 2011

Jangan Panggil Saya Jablay

-MeyMila Syifa Isnu_-

Dua puluh tahun lalu, lahirlah seorang anak laki-laki di kampung terpencil dekat dengan kaki gunung sawal, yaitu di kampung Singkup, desa Jayagiri, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Anak itu diberi nama Dede Sutisna oleh kedua orang tuanya. Bapaknya bernama Aep dan ibunya benama Suryati. Dede sutisna mempunyai kakak laki-laki yang bernama Hermanto, yang jarak umurnya sekitar tiga tahun.

Dede Sutisna memiliki ciri-ciri fisik berkulit sawo matang dengan potongan rambut belah tengah, tingginya sekitar 165 cm. Saat ini dia sedang bekerja di daerah Cikarang Barat, Di kampung Pagaulan Desa Sukaresmi. Dia sekarang bekerja di bengkel Las CV. Sadar Kencana 1.

Pada 1 juni kemarin, aku bergegas pergi ke daerah Cikarang ke tempat Dede Sutisna bekerja. Sebelumya aku sudah janjian dengan Dede via telepon beberapa hari sebelumnya. Ketika aku tiba di bengkel, saat itu jam tangan hitam putihku sudah menunjukkan sekitar pukul 17.00 sore.

Suasana bengkel pada saat itu sangat bising karena pengaruh dari suara mesin gurinda yang digunakan oleh salah satu pegawai bengkel yang sedang mengerjakan sebuah pagar pesanan, dan bisingnya suara kendaraan motor dan mobil yang berlalu lalang, karena letak bengkel tersebut berada dipinggir jalan raya.

Bengkel tersebut tidak terlalu luas kira-kira hanya berukuran 5x6 meter saja dan dipenuhi dengan berbagai jenis besi dan peralatan yang akan digunakan oleh para pegawai untuk menyelesaikan pesanan dari para pelanggannya. Dibelakang bengkel terdapat sebuah ruangan, didalam ruangan tersebut terdapat kasur dan kursi serta kamar mandi. Ruangan tersebut digunakan untuk para pegawai beristirahat, tidur, dan mandi. Didepan bengkel terdapat pagar yang belum di cat, dan kanopi yang berukuran sangat besar.

Dede sutisna merupakan tamatan dari SD Jayagiri 2. Dede berkecimpung di dunia bengkel las sejak dia lulus dari sekolah dasar. Dia pertama kali diajak oleh tetangganya untuk bekerja di bengkel las di daerah Bandung. Tepatnya di daerah Cicahem. Sekitar tiga tahun lamanya dia bekerja disana.

Dia mempunyai kisah yang unik ketika pertama kali dia menginjakkan kaki di Bandung. Dia bercerita tentang kepolosan dia ketika di Bandung. Dia diajak menonton konser di daerah gazibu oleh temannya yang bernama Kurnia. Kerena dia baru pertama kalinya menonton konser, dia ingin sekali melihat artis band kesukaannya dengan jarak yang dekat, dan dia tidak menghiraukan temannya yang sedang asik berjoged dibelakang. Dia lalu meninggalkan temannya yang sedang asik berjoged tersebut, dia pun menerobos masuk langsung ke barisan yang paling depan. Dia merasa sangat senang ketika sudah berada didepan panggung dan bisa melihat secara langsung artis band Kotak, ujarnya.

Ketika konser sudah di ujung acara, dia pun mulai panik dan bingung mencari Kurnia temannya itu, dia mulai mencari kesana kesini. Dari semula tempat konser itu ramai hingga menjadi sepi, tetapi dia tidak menemukan keberadaan Kurnia. Ia terus berkeliling dan mencari-cari temannya itu.
“Kepengen nagis mba, saya sendirian soalnya dan belom tahu jalan yang ada di Bandung”. katanya.
“Saya lihat tempat konser itu Cuma tinggal orang–orang yang memakai seragam yang sedang sibuk membenahi panggung.

Saya mulai berjalan dan terus berjalan mengingat-ngingat tempat jalan pulang kebengkel. Saya menunggu di warung kaki lima dan membeli secangkir kopi hitam dan sebatang rokok kretek”. Saya nanyain jalan pulang ke pedagang warung kaki lima itu..

“Mba, angkot ke Cicahem udah lewat belom yah?”tanyanya kepada pedagang tersebut.

“Kalau jam segini mah kang udah engga ada angkot ke cicahem” ujar pedagang warung.
Waktu sudah menunjukkan pukul 02.30 dini hari, saya hanya melamun dan menyesali perbuatan saya yang dengan beraninya menerobos barisan paling depan dan meninggalkan temannya dibelakang.

“coba tadi gua nggak kedepan-depan, nggak bakal ditinggalin gua sama Kurnia. Bego banget gua”. ungkapnya dalam hati sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Emang nggak bawa hp kang?” Tanya pedagang rokok lagi.
Boro-boro punya Handphone mba, mau beli baju aja susahnya minta ampun, celetusnya dengan wajah yang memerah, yang pada saat itu sedang memakai baju merah dan celana jeans biru.

“Terus gimana akang bisa pulang?”

“Saya mau nungguin sampe pagi aja deh mba, mau nungguin angkot. Kebetulan juga saya punya teman supir angkot yang jurusan cicahem lewat bengkel saya kali aja ntar dia lewat”. ujar dede.
Pada pagi harinya kira-kira pukul 08.30 pagi, dia bertemu dengan supir angkot temannya itu. Lalu dia langsung meminta kepada supir angkot itu untuk mengantarkannya pulang ke bengkel. Setibanya di bengkel Las, dia ditertawakan oleh bos dan teman-temannya di bengkel.

“Saya juga ikut ketawa-ketiwi juga aja mba,” ujarnya.
Tak lama kemudian dia mengeluarkan rokok Djarum super yang berwana merah hitam dari saku celana jeans birunya yang sedikit lusuh.

“Bolehkan mba wawancaranya sambil ngerokok?” ujarnya yang meminta izin

“Boleh kang,” jawab ku.

“Sejak kapan akang bekerja di Cikarang??”

“Waduh,” ujarnya sambil mengingat-ngingat kapan dia mulai kerja di cikarang.

“Kurang lebih empat tahunan mba saya bekerja di cikarang.”

“Lalu sejak kapan akang dipanggil Jablay?”

“Dari semenjak saya kerja di bengkel ini ja mba.”

“Kan nama asli akang Dede Sutisna, kenapa panggilan akang jadinya Jablay?”

“He..he…” dia hanya tersenyum.

“Boleh tau nggak asal mula ceritanya itu kaya gimana kang?”

“Itu awalnya dari kebiasaan saya mba yang sering bergadang dan maen sampe jam dua pagi. Yang pertama panggil saya jablay itu teman saya. Kalo mau lebih jelas lagi mendingan tanya aja deh mba langsung sama orangnya,” ujar dia sambil menunjuk temannya dan memanggilnya.

“Nih si Rohadi yang pertama kali panggil saya Jablay,” sahutnya sambil terlihat sewot kepada temannya itu dan sedikit menarik tangan temannya itu.

“Kenapa dia dipanggil Jablay kang?” tanyaku sambil melihat kearah Rohadi yang berbaju bertuliskan merk dari kopi Nescafe warna coklat muda dan mengenakan celana jeans biru pendek itu.

“Mba dia kan sering pulang subuh kalo maen, kan klo kaya gitu sama aja kaya jablay. Makanya iseng aja saya panggil dia itu Jablay”. Sepele itu mah mba sebenernya. jawab rohadi sambil tertawa lebar.

Ketika sedang asik mengobrol dengan para pekerja bengkel yang berjumlah lima orang, yang pada saat itu terlihat sedang bekerja di Bengkel Las Sadar Kencana. Tiba-tiba datang seorang laki-laki bercelana pendek memakai jaket kulit hitam dan sandal putih yang turun dari motor vario berwarna merah marun.

“wah.. si bos datang” sahut rohadi dengan nada pelan.
Lelaki itu menatap aku, mungkin dia merasa aneh karena ada wanita di bengkelnya sedang berbincang-bincang dengan para pegawainya. Aku langsung memperkenalkan diri kepada bosnya itu, lalu menceritakan maksud dan tujuan ku datang ke sana sekaligus meminta sedikit waktu untuk wawancarainya.
Namanya Asep Maryadi dia asli Ciamis, usianya 30 tahunan, dan dia mempunyai 2 orang anak. Ia tinggal di Perumahan Taman Sentosa Cikarang, yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan Bengkel.

“Mba wawancaranya jangan lama-lama ya, saya lagi ada urusan soalnya. Maaf nih mba sebelumnya”. sahut Asep Maryadi ketika saya ajak untuk wawancara.

“Ia kang”. Ujar ku

“Bagaimana kinerja Dede Sutisna ketika bekerja di bengkel selama ini Kang?”

“Dia pekerja yang paling cekatan mba, kalau pasang kanopi aja cepet banget, cuma saya sering kawatir aja kalau lagi masang di luar atau ada urusan manjat memanjat, si jablay itu kalo kerja jarang pakai banget pengaman mba tapi dia itu emang pegawai yang paling rajin mba,” ucap Asep.

“Terus kang tau nggak kalo kenapa dia di panggil Jablay sama teman-temannya?”

“Hahahaha… Asep langsung tertawa lepas.

“Emang dia itu kaya Jablay mba”.


“Maksudnya kaya gimana Kang?”

“Daerah sini kan banyak kontrakan cewe, dia itu nongkronnya di daerah sekitar kontrakan cewe-cewe itu. Dan kalo pulang main pasti subuh. Nah karna itu kali mba jadi dia sering di panggil Jablay.”

Tak lama kemudian suara telepon genggam Asep berbunyi dengan nada dering “Biarkan aku jatuh cinta” dari ST 12.

“Hallo.. iya saya langsung meluncur ke tempat”, ujar Asep yang langsung berpamitan kepadaku karena sudah ditunggu oleh rekannya.

Ketika itu, Dede Sutisna terlihat sedang asik bercanda dengan para pegawai bengkel yang lain. Lalu Aku hampiri dan meminta waktunya kembali untuk meneruskan wawancaranya.

“Kang keberatan ya klo di panggil jablay?”
(Garuk-guruk kepala) sebenarnya sih mba saya keberatan banget mba dengan panggilan Jablay.

“Kenapa? Tanyaku lagi.

“Bayangin aja mba, orang lain kalo denger saya dipanggil jablay pastikan orang lain itu akan beranggapan kalau saya ini orang nggak bener yang sering maen jablay padahal kan nggak mba, ujarnya dengan raut muka yang kecewa.

“Sebenarnya sih saya cuma kepengen di panggil dede, atau sutisna lah sesuai dengan nama asli saya aja. Malu banget mba sampai semua orang di daerah sini tau dan panggil saya jablay.”

“Keberatan banget ya dengan nama panggilan itu?”

“Sangat keberatan mba, coba aja mba kalo lagi banyak orang saya di panggil jablay, waduh enggak kebayang dah mba malunya. Apalagi kalau saya lagi kenalan sama cewe, dan cewe itu tau kalau nama panggilan saya itu jablay pasti pada jauhin saya. Pastikan mereka beranggapan bahwa saya ini orang yang nggak baik. Padahal mereka belom kenal saya. Saya juga pernah punya pengalaman yang nggak enak mba gara-gara panggilan nama Jablay ini.”

“Bisa diceritakan mas pengalaman yang kurang enaknya ?”

“Waktu pulang kampung lebaran kemarin, teman saya pada maen ke rumah saya. Dia nanyain ke mamah saya ada nggak saya dirumah, nanyain saya nya pake nama panggilan jablay. Mamah saya langsung nanyain “kenapa kamu di panggil jablay? Kamu sering maen jablay ya disana”.

“Ya saya jawab itu Cuma nama panggilan saya aja waktu kerja soalnya saya suka pulang pagi ma”.

“Disini aja mba saya lagi deketin cewe tukang somai yang jualan di pujasera Taman Sentosa sana, udah deket banget mba padahal cewenya sama saya. Gara-gara tau saya sering di panggil jablay sama temen-temen saya, itu cewe langsung kabur gitu aja mba. Saya sms enggak pernah dibales, saya telepon enggak pernah diangkat. Terus pas ketemu dia bilang “udah jangan deketin gw lagi, gw enggak mau punya temen apalagi jadi punya pacar tukang maen ke jablay.”

“Padahal saya udah jelasin ke cewe itu mba, tapi cewe itu tetep aja nggak percaya dan anggep saya negative, yaudahlah saya nggak mau maksa dia buat percaya. Yang penting kan saya udah bilang yang sebenernya ke dia. Kalo dia nggak terima ya udah emang bukan jodoh juga kali mba. Terima nasib aja dah mba dipanggil kaya gitu. Habis gimana lagi”.

Dari sejak itu Dede Sutisna tidak pernah lagi mencoba mendekati wanita, dan dia tidak lagi membayangkan untuk memiliki pacar di daerah sekitar bengkelnya, karena takut akan ditolak seperti pada pengalaman-pengalaman yang kemarin-kemarin.

“Saya kalo mau cari pacar lagi ya mba, di daerah yang enggak ada teman satupun yang tau kalo saya dipanggil jablay. Saya nggak mau mba kaya kemaren lagi. Saya juga pengen punya pacar mba.”
Ketika dia sedang bercerita matanya terlihat sedikit memerah dan raut mukanya terlihat menahan kekesalan.

“Apa akang tidak pernah meminta kepada teman-teman akang agar menghentikan panggilan itu?”

“Udah sering banget mba saya minta supaya saya jangan dipanggil Jablay lagi, tapi temen-temen saya malah pada ketawa katanya saya emang pas dibilang Jablay dan temen-temen saya udah kebiasaan manggil saya Jablay. Udah ga bisa diubah lagi katanya. Ga tau deh mba sampe kapan temen-temen saya itu manggil saya Jablay. Pokoknya Jalan satu-satunya yah kalo saya mau punya pacar yah saya harus cari yang diluar lingkungan bengkel”.

Dan akhirnya tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 malam sudah tiga jam berlalu aku berbincang-bincang dengan mereka. aku menyudahi wawancaraku pada hari itu dan berpamitan langsung kepada semua orang yang saat itu berada di Bengkel. Lalu akupun pulang ke rumahku.

Sahabat Bisu Sumber Inspirasi Ku

Senin 27 juni 2011, aku coba memejamkan mata namun pikiran ku jauh memikirkan tugas-tugas UAS, mata ku melirik kearah jam dinding rupanya sudah jam 10 malam, aku berdiri dan melangkah mengambil teman kecil ku yang hitam dan hanya berukuran 10.5 inc. Mulai berfikir tentang topik catur hasil wawancara, aku mengernyitkan dahi mulai dari mana? aku merasa sulit memasuki ceritanya. Aku geser teman kecil ku itu dan ku raih teman bisu ku yang biasa kuletakan di samping batal, ku buka lembar pertama dari teman bisu ku itu dan disitu tertulis “ 8,9,10 september 2006 hari yang melelahkan” aku pun terkenang di masa itu.
Hari itu di mulailah LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) aku yang duduk di kelas dua SMA itu bertindak sebagai TPD (Tim Penegak Disiplin).
Hari pertama, 8 Septemer 2006
Lokasi di sekolah, aku berkeliling gedung bersama Ian rekan sesama TPD. Di lantai dua Ian cowok berbadan kekar dengan mata sipitnya ini berbisik mengajaku ke kamar mandi pria. Aku dengan polosnya meng iya kan ajakannya,” di sini kita pasti dapat mangsa, ucapnya sambil tersenyum dan mengangkat alisnya. Lima menit kemudian dari jendela kamar mandi munculah sosok seorang cowok, matanya melotot terliahat kaget dan gemetar ketakutan di pegangnya bungkusan hitam, aku pun merampas bungkusan itu, sementara Ian Memegangi tangan kanan anak itu.
“Kamu kan tau aturan acara ini dilarang membawa rokok?”
“ia maaf ka sefti!”
“Ya udah ikut kita ke ruang guru!”
Hari ke dua, 9 september 2006
Malam itu jam 10 di ruang kelas yang di sulap menjadi ruang tidur kursi-kursi di geser ke pojok tembok dan dirapatkan, aku pun mengambil posisi berdekatan dengan Lintang merebahkan badan di atas karpet, Lintang berbisik padaku,
Sef… rambut gw di warnain tau!
Masa si coba liat, aku menyingkap kerudungnya, oiyaya warnanya merah agak kecoklatan ya tang?
Engga sep, ini tuh coklat kekuning-kuningan dikit, udah yu sef tidur
Oke…!
“Hei bangun-bangun,” tepat jam 12 malam kakak kelas membangunkan aku, Lintang dan teman-teman yang lainnya.
Cuci muka trus kumpul di lapangan ya ,cepet!
Aku dan teman-teman seangkatan berkumpul di lapangan di ikuti kakak kelas, sedang adik kelas tidak di ikut sertakan.

Ka Rohma, kakak kelas itu berdiri di barisan paling depan,
“Hei kalian tau ga ternyata di sini ada yang KLEP-TO alias ngambil barang orang, ni si Firli temen angkatan kalian keilangan anduknya….”
“Udah deh ngaku aja siapa yang ngambil”, ujar Fauzi salah seorang senior ku.
Mataku yang setengah merem agak memperhatikan sedikit,
“Kamu Sefti, sebagai TPD masa bisa lengah gitu temennya ke colongan, malah santai banget.
Jangan-jangan kamu lagi yang ngambil anduk Firli?
Engga ka, mataku kini mulai terbuka penuh bahkan bola mata terasa ingin keluar,
ya udah jangan diem di sini sana cari, Firli bantu Sefti geledah tas-tas temen kalian.
Aku berlari kencang dengan langkah-langkah lebar karna saat itu kebetulan aku sedang pakai celana trening.
Aku mulai membuka tumpukan-tumpukan tas di ruang tidur ku tadi, tas pertama yang digeledah kebetulan miliknya Lintang namun ga ada anduk good morning putih milik Firli, tas kedua resleting demi resleting tas ku buka namun tidak terlihat juga barang yang di cari, sampai akhirnya semua tas selesai ku periksa sampai tersisa satu tas dan itu tas miliku, aku sedikit memiringkan kepala sambil sesekali memejamkan mata dan entah mengapa jantung ku berdegup begitu kencang, perlahan ku buka bagian depan resleting tas ku dan ternyata benda itu tidak ada, ku bernafas lega, tapi masih ada satu resleting utama dari tas itu yang belum ku buka, Firli menghampiriku.
Cepet Sef,buka!
Sreeeeeeeeeeeeet…… mulutku terbuka lebar nafas ku terasa sasak sulit rasanya bernafas,
Loh ko…. Tatapan ku focus mengarah ke benda asing berwarna putih itu, sambil memengannya.
Jadi elu Sef….sambil menaikan alisnya.
Kami pun kembali ke lapangan …. Sambil tangan ku memegang handuk good morning itu,
Ka ternyata Sefti kleptonya….. dengan nafas terengah-engah.
Mulai lah di sini aku terasa di hujam timpukan batu kecil dari orang banyak,
Mereka semua memandangku sinis senior dan teman-teman ku terlihat kesal.
Lihat ni ulah teman kalian, TPD klepto, gara-gara dia kita kebagun tengah malem gini.
Beeeeeeeek…. Serasa tendangan pinalti mengarah tepat di dadaku, dan akupun terseret kedalam gawang…. Dalam dan sakit rasanya.

“Senior lain terdengar berkata, ga punya anduk kali dia ka!
Aku hanya menundukan wajah sambil berharap ada yang membelaku dan mata ku melirik kearah Lintang, orang yang terakhir kali menemaniku sebelum terlelap tidur tadi, tapi ternyata matanya fokus menatap ke depan kearah senior ku, melihat tingkah Lintang aku berfikir rasanya ada yang janggal disini, aku tidak merasa mengambil handuk itu dan mengapa Lintang enggan menoleh ke arah ku.
Tiba-tiba aku yang awalnya resah dengan badan terasa berkeringat dingin kini tersenyum tipis, jangan–jangan gw di kerjain.
“Ngampain kamu senyum senyum, bukannya ngerasa bersalah.”
Renungin dong masih ada ga yang mau temenan sama klepto kaya kamu.
Hei kamu Dika, mw temnan sam klepto, sambil jari telunju Ka Rohma menunjuk kearah ku.
Ya klo tau di kya gitu si saya ga mau ka!
Ya udah Sefti sekarang kamu minta maaf sama Firli, sambil Ka Rohma menghampiriku yang berdiri di pinggir lapangan.
Ga mw ka, saya ga salah, bukan saya yang ngambil…
Oh… jadi kamu nuduh temen kamu yang masukin anduk ke tas kamu, temen-temen kalian di tuduh tuh!
Terdengar senior lainnya berkata, yaelah ka mana ada si maling mw ngaku penuh dong penjara.
Merasa terhakimi, raut muka ku mulai sendu menundukan kepala dengan bibir terasa kering dan berwarna keputihan, mataku terasa sembab air mata itu menetes mengalir memasahi pipiku.
Dan akhirnya aku mengucap kata yang terpaksa harus ku ucap.
Dengan nada aga begetar “Fir maafin gw ya!”
Hahaha..hahaha… hahaha…. Ka Rohma, ka Fauzi, Lintang serta semua yang ada di lapangan serentak tertawa.
Dan Firli yang berdiri di sebelah ku , memeluk erat tubuh ku, sambil berbisik di telingaku slamat ya…
Dan semua teman-teman yang ada di lapangan bertepuk tangan, sambil bersenandung “selamat… ulang tahun!”
Aku menhelang nafas lega dan aku baru sada ini semua hanya sebuah skenario, tapi air mata ku bukanya reda malah semakin deras, namun tangisan ini serasa begitu begitu sejuk … tidak seperti tadi.
Ka Rohmah tersenyum memeluk dan berbisi maafin kata-kata kakak yang kasar tadi ya, jangan marah ya Sef.
Semua teman–teman yang semula duduk di lapangan satu persatu berdiri menghampiri aku, mengulurkan tangan dan mengucap selamat untuk ku.
Karena mataku yang sembab aku tidak sampat memperhatiak siapa-siapa saja yg menjabat tangan ku, begitu banyak suara yang mengucap ”selamat ulang tahun”, happy brith day Sefti” meski begitu aku kenal suara siapa saja itu, tapi masih ada yang kurang, suara itu… suara yang sudah lama aku tunggu-tunggu sama sekali tidak terdengar suara dari cowok yang ku taksir dan ternyata memang dia tidak ada di lapanagan ini, acara selesai aku dan semuanya kembali keruang tidur.
Pagi sebelum berangkat Ke Sukabumi, anak cowok-cowok yang semalam tidak ikut ngerjain sekarang menghampiri aku, Ian, Toyib, Reka, Muchtar, Dogon, menjabat tangan ku dan memberi selaman tapi kemana Ical pria yang semalam ku harapkan terdengar suaranya. Rupanya pagi inipun dia tidak nampak menghampiriku.
Jam 9.30 kami semua, senior junior berkumpul di gerbang sekolah, mataku terbelala dengan mulut terbuka lebar.
“Loh ko kita naik mobil begini gede bener, ga ada jendelanya, kursinya panjang keras terbuat dari besi dan hanya terbagi dua sisi kanan dan kiri, oh ya tuhan jadi ini mobil yang biasa di pakai oleh tentara.
Mulai atur posisi cewek-cewek duluan masuk dan duduk, sisanya anak cowok lesehan di bawah kursi dan sebagian lagi duduk di atas kursi,
Ampun-ampun deh rasanya kaya korban pengungsian. Dempet-dempetan, dan aku duduk di dekat Oncom nama aslinya Andrian entah dari mana asal muasal di pangil Oncom julukan lain pria ini adalah “tompi” ( tompel di pipi ) sebenernya bukan tompel si cuma tahi lalat yang menonjol dan agak besar dia ini cowok gebetan Lintang,
Karena cape berada di dalam mobil ga terasa kepala gw senderan di pahanya Oncom, tersadar reflek aku tersentak mengangkat kepala.
Terus Oncom bilang udah sep tidur lagi aja, sambil dorong kepala gw ke pahanya lagi (tumben ni orang ga cerewet, gumam ku dalam hati)
“lumayan empuk juga paha loe com! Ku tertawa meledek”
Lintang menatap ku dan sontak menekuk wajahnya, beberapa saat kemudian ku lihat kini gantian dia yang malah bersender dengan pria gebetan ku Ical, sambil senyum-senyum samil sesekali menaikan alisnya. senyum nya itu seakan mengiaratkan skor kita sama 1-1.
3 jam kemudian sampailah kita di tujuan, namun tidak bisa langsung bersantai, kita di tuntun untuk membuat tenda sendiri.
Walah-walah lagi asik bikin tenda mata ku secara tidak sengaja melengos kearah warung kecil, sinyal berbunyi…. Hem rupanya di situ ada Ical lagi minjemin jaketnya sama ka Nita senior cewek. Modus ni (gumam ku dalam hati).

Hari ke tiga LDKS,10 september 2006
Saatnya outbound, rasanya lelah sekali. Turun…. naik… turun… baru sampe curuk,
Naik… turun …naik baru sampelah ke tenda (dalam hati bergumam, bisa kurus gw gini tipa hari aja)
Selesai sudah ku buka lemaran awal dari teman bisu ku ini, dan sekarang berlanjut ke lemaran paling akhir, disini ku tulis 27 juni 2011,
Aku dan Lintang kuliah di Universitas yang sama jurusan Ilmu Komunikasi dan aku pun kini tepat 4 tahun berpacaran dengan Ical. Tapi sayangnya lintang tidak berpacaran dengan Oncom.
Sahabat bisu ku … buku harian ku menjadi inspirasiku,
Senin, 27 juni 2011
Lima tahun telah berlalu, Akupun akhirnya mewawancarai lintang sosok yang ikut terjun dalam kisah ini, apakah dia masing mengingatnya?
Lintang tersenyum lebar sambil sesekali mata mengarah kelangit-langit atap lab. Komunikasi “haha gw inget sep waktu itu gw jadi seksi konsumsi,“ bête ga dapat konsumsi palingan dapet makanan sisa, menunya telor mulu!
Hal yang paling berkesan buat gw saat mobil tronton kita ga kuat nanjak…. Ngeri gw Sef!
Selasa, 28 juni 2011
Sore itu sepulang kuliah Ical Menjemput ku, kami mampir ke HEMA Resto Bekasi Square sebuah Restoran ala Belanda, sesampainya di sana waiter wanita tersenyum kearah kami, Selly namanya
Eh Osa…( panggilan ICal di resto) ! Duduk sini, sefti mw pesen apa?
Sirloin Steak aja ya sef…, apa mw shoarma, chicken cordon blue?
Mata selly melirik kearah Ical… sambil tersenyum… Tanya dong Sa Sefti mw apa?
Begitulah selly kalau sudah ngomong rame sendiri, kadang aku bingung begitu aktifnya orang ini, padahal aku baru dua kali bertemu dia. tapi ical sudah mengenalnya setahun yang lalu, karna ayah ical juga bekerja di restoran ini.
“Aku pesen Belgian fries sama banan split aja, Sel !
“Gw soarma,sama cappuccino,
Oke, udah itu aja? Selly berjalan kea rah dapur.
Aku membuka Netbook sambil menunggu Pesanan datang aku mencerita kan kepada ICal tentang Masa LDKS dulu. Dia sangat antusias mendengarkan sambil sesekali dia tertawa….
“ Oh aku baru tau jadi dulu kamu di kerjain gitu waktu ulang tahun,parah juga ya!
“emang kamu kemana waktu malam itu”? (Tanya ku)
“ Aku tidur, jadi ga ikut kumpul di lapangan.
“hem dompet aku masih ada ga ya?(sambil tangan nya merabah-rabah saku celan)
aku langsung menengok ke kolong meja, munkin terjatuh
“ga da di bawah sini,kepala ku yang tadi merunduk kini naik kembali, melirik kearah ical.
“huff ada”! Sambil menghela nafas
Ical tersenyum dan melirik lagi kearah ku,
Aku mulai tahu maksud dia memeriksa dompetnya, bibirku agak turun lima senti haha becanda Sef…
Akupun melebarkan senyuman merubah gaya membleh tadi. Kini ical memegang dahinya dengan sorot mamenatap ke langit langit restoran,
“Pengalaman menarik waktu LDKS buat aku itu ngasih makan anak–anak pke cacing yang terbuat dari spagetty, Survai ke curuk, aku sebagai seksi akomodasi “ rasa-rasanya nya ga bersua sama kamu deh, apa aku nya yang ga engeh ada kamu”?
Mendengar kata-kata itu tatapan ku menjadi kosong (bergumam dalam hati” hem sebegitu cueknya dia dulu)
Seolah tau apa yang ada di pikiran ku, Ical tersenyum sambil tangannya melambai-lambai tepat di depan mata ku.
“hus, lupain yang jeleknya ambil hikmanya aja”.
Aku mengagguk, ya !
Kami pun melanjutkan perbincangan, aku tertawa mendengar beberapa cerita lucu dari nya.
Dan akhirnya makanan tiba, Selly yang mengenakan seragam hitam dengan perawakan yang cukup berisi datang membawakan pesanan kami tadi.

Sefti Dwi Mirantika
41182037080005
Semester 6
rara_ipa3@yahoo.co.id

Ride to Life, Life to Ride with Harley Davidson

-H.N. Lintang Tri Hapsari-

“Pagi Lintang, aku ga jadi pergi krn motor blum sehat. Tapi jika kamu mau wawancara temen aku jg gpp. Aku konfirmasi dia,” itulah isi SMS dari Om Arfan yang aku terima Rabu 22 Juni 2011 pukul 04.36 WIB.

Om Arfan adalah pemilik, penggemar, sekaligus Narasumber utamaku untuk wawancara mengenai Moge alias Motor Gede yang ia miliki. Sebenarnya sudah dari jauh-jauh hari aku menghubunginya untuk buat janji bertemu, berhubung beliau “Businessman” yang super sibuk maka dimana Om Arfan ada waktu luang, aku pun siap untuk bertemu.


Rabu 22 Juni 2011, pukul 5.40 WIB

Pagi-pagi buta sudah siap berangkat setelah Sholat Subuh, walau sudah mandi dan sarapan roti, tetap saja mata rasanya masih sepet dan ngantuk. Masih kedinginan juga. Tapi harus tetap semangat, kan “Kalau mau hasil yang maksimal, usahanya juga harus maksimal,” pesan dari mama yang selalu aku ingat.


Aku dan Om Arfan sebelumnya berencana bertemu di Petronas, Bekasi Square untuk kemudian touring beriringan ke Sentul Bogor menghadiri acara “Safety Riding” persiapan touring Eropa. Namun sayang, kali ini Om Arfan tak bisa hadir. Aku tetap pergi ke Petronas tempat dimana kami janji bertemu sebelumnya.

Disana atas rekomendasi Om Arfan, aku diminta untuk bertemu dengan Om Januar yang merupakan Ketua ERC (Eagle Rider Community), salah satu komunitas Moge di Bekasi. Ya lumayanlah wawancara singkat sambil foto-foto Moge jenis HD –Harley Davidson- dan juga Gold Wing.


Setibanya aku di tempat tujuan.

“Mana ya yang namanya Om Januar?,” pikirku sambil menoleh ke kanan kiri, belakang depan.
Tiba-tiba dering sms di handphone ku berbunyi, kemudian ku buka.

“Ada Om Januar tuh pake HD -Harley Davidson- ,” SMS Om Arfan rupanya.

Sambil menoleh ke arah belakang, tepat di depan Dunkin Donuts ada satu Moge Harley Davidson. Langsung saja aku menghampirinya, dan aku sudah yakin kalau itu pasti Om Januar.

“Oke Om, aku samperin deh Om Januar nya,” ku balas sms Om Arfan.

“Oke, met wawancara ya, maaf ya ga bisa nemenin hari ini, ” balas Om Arfan.

Sampai juga aku di depan HD Om Januar. Om Januar kira-kira berusia empat puluh tahunan, dengan Celana Jeans, serta Jaket dan sepatu kulit hitamnya, aku agak sedikit takut untuk menghampirinya. Kesannya “Galak”.

“Pagi Om.. dengan Om Januar ya ?,” sapa aku memberanikan diri.

“Iya betul.. ,” jawabnya sedikit kaget, karena Om Januar sedang memainkan handphone sambil bersandar di HDnya.

Langsung saja aku memperkenalkan diri. Rupanya Om Januar sudah tahu, pasti dari Om Arfan.

“Oke mbak, kira-kira mau wawancara tentang Moge dari apanya nih ? jelek-jeleknya atau gimana?,” Tanya Om Januar sambil tertawa ringan.

“Hahahaha..Ya semuanya lah om biar seimbang, kalau untuk klub yang sekarang mau ke Sentul ini apa namanya Om ?,”

“Iya yang sekarang kumpul di Petronas ini dari ERC –Eagle Rider Community- komunitas Moge yang tempat kumpul-kumpulnya biasanya di Cikarang. Sebenernya banyak Klub Moge di Bekasi, macem-macem. Salah satunya ada yang unik nih namanya Sendok Garpu, karena tiap kali touring pasti sekalian wisata kuliner di tiap-tiap daerah yang dilintasi, sampai-sampai Logonya itu juga Sendok dan Garpu. Pokoknya jadi kaya rumah makan deh,” tutur Om Arfan antusias.

“Paling deket dan paling Jauh pernah touring kemana aja Om?,”

“Kalau paling deket ke Tretes, Jawa Timur. Kalau paling jauh pernah sampe Malaysia itu kurang lebih satu minggu. Nah kalau acara di Sentul sekarang ini, kita belajar Safety Riding, berkendara untuk jarak jauh kali ini kita akan Tour Eropa. Jadi belajar bagaimana kalau seandainya motor jatuh kita bisa berdirikan motor kita sendiri serta mempelajari keamanan standar touring,” papar Om Januar.

Sebelum melakukan wawancara, aku banyak melakukan riset data di internet mengenai Moge. Mayoritas pemberitaan di sejumlah media on-line yang aku temukan berunsur pencitraan negatif tentang Moge.

Beberapa diantaranya seperti mengenai klub moge di sejumlah daerah yang kerap kali menunjukkan arogansinya di jalan raya. Seperti yang dikutip dari okezone.com , artikel tersebut diberi judul “Ribut dengan Polantas, Anggota Klub Moge Diamankan” (Bandung), kemudian adapula yang berjudul “Gawat Ratusan Bikers Serbu Depok!” , lalu yang dikutip dari kompas.com “Moge arogan di jalanan” (Bali), “Gubernur Bali: Sita Moge Bodong”, kemudian ada artikel pemberitaan yang ditulis oleh Eddi Santosa dalam detikNews.com yang berjudul “Klub Moge Ancaman Kedua Setelah Mafia” (Den Haag) serta “Klub Moge Sehitam Seragamnya”.

Terkait hal tersebut, aku meminta pendapat Om Januar.

“Kalau untuk yang anarkis memang ada, tapi kan tidak semua anggota seperti itu. Ya, usaha kami
untuk meredam berita-berita tersebut dengan melakukan Tertib Lalu Lintas dan Safety Riding, tidak ugal-ugalan di jalan, apalagi sampai membahayakan pengguna jalan lain,kami selalu menegaskan itu di Komunitas kami ERC, ” papar Om Januar.


Tak lama kami berbincang, tibalah tiga moge lagi di Petronas. Jadi sekarang aku bisa lihat empat moge, tiga diantaranya jenis Harley Davidson yang suara mesinnya lebih seram, dan satu lagi jenis Gold Wing yang suaranya lebih halus. Kalau lihat Moge yang suka dipakai Polisi-Polisi, nah itu dia jenis Gold Wing.

Jenis Moge Harley Davidson di ujung kiri dan kanan, serta moge merah yang di tengah adalah jenis Gold Wing.
-- Foto-foto pribadi oleh Lintang

“Bagaimana tanggapan Om Januar, kesannya kalau orang-orang di moge itu serem-serem?,” tanya aku sambil sesekali memotret Harley Davidsonnya dengan Kodak Easyshare Model C142 Digital Camera berwarna merah yang aku bawa.

“hahahahaha… jangan salah loh mbak, dari luar kami memang terlihat seram, tapi sebenarnya kami tuh baik-baik loh,malah lebih galak mereka yang motor-motor kecil, ” kata Om Januar sembari tertawa.

“Pernah ada pengalaman apa Om ketika melintas di Jalan Raya dengan HD ?,”

“Iya..kadang kalo lagi solo rider -jalan sendiri-, saya suka kaget tiba-tiba di belakang sudah ada yang membuka jalan buat saya dan seolah-olah sepertinya mereka dengan suka rela mengawal saya, mereka itu motor-motor kecil , ” ungkapnya.

Rencana awal kalau Om Arfan ikut, aku akan ikut juga ke Sentul untuk melihat even tersebut. Berhubung kelengkapan mereka berkendara sangat jelas terlihat, maka aku pun tidak bisa ikut. Karena dari mulai helm yang digunakan,sepatu kulit, jaket tebal, sarung tangan, masker penutup hidung, sampai-sampai rante dompet. Semua terlihat safety alias aman.

“Mbak enggak bawa helm ya ? aduh sayang sekali, kalau bawa bisa ikut bareng kita, soalnya sekarang kita lagi betul-betul membawa misi Tertib Lalu Lintas sih,” tutur Om Januar sambil bersiap-siap merapikan jaket karena sebentar lagi mereka akan berangkat ke sentul.

“Iya Om gak apa-apa, wah tau gitu saya bawa helm ya tadi,” sesal saya.

“Oke gini aja, lain waktu kita bisa janjian lagi untuk ngobrol-ngobrol,” kata Om Januar.

“Iya Om, enggak apa-apa, hati-hati di jalan ya Om, terimakasih juga atas waktunya pagi ini,”
Perbincangan singkatku dengan Om Januar, mematahkan dugaanku sebelumnya kalau bikers moge itu galak dan arogan. Terbukti kesan ramah dan friendly aku temukan pada sosok Om Januar.


Selang Sehari, Jumat 24 Juni 2011

Pagi hari pukul 07.45 WIB aku mengirimkan SMS pada Om Arfan isinya aku ingin meminta waktu Om Arfan untuk diwawancarai seputar moge. Kali ini aku agak sedikit memohon lebih pada Om Arfan karena waktu deadline sudah semakin dekat.

Alhamdulilah, sembilan puluh lima menit kemudian alias pukul 08.40 WIB Om Arfan menyetujui permintaanku tersebut. Akhirnya kami sepakat untuk bertemu di lantai dua Bakmi GM Metropolitan Mall Bekasi seusai Sholat Jumat.

Untuk sekedar diketahui, aku sebenarnya belum pernah bertemu Om Arfan langsung secara tatap muka, lebih tepatnya sih aku lupa wajahnya. Tapi kita pernah hadir diacara yang sama yaitu acara Fun Really di EcoPark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, kurang lebih hampir sebulan lalu.

“Hallo Om Arfan, aku baru sampe nih Om di pintu masuk MM, Om dimana?,” teleponku.

“Iya, langsung ke Lt.2 Bakmi GM ya,”
Aku langsung bergegas menuju lantai dua Bakmi GM, setibanya disana aku kembali menelepon Om Arfan. Untuk lebih memastikan yang mana orangnya.

“Hallo Om, udah sampe nih?,” teleponku sambil mencari-cari sesosok wajah.
Hmmm….dan nampaknya aku sudah menemukan sesosok wajah yang juga tengah mencari-cari wajah yang sedang mencari. Dan akhirnya, kami pun sama-sama melihat.

“Iya iya..langsung kesini Lintang,”

“Oke Om,” dan telepon langsung ku matikan.

Langsung saja aku mengulurkan tangan untuk bersalaman dan memperkenalkan diri, maklum saja ini adalah awal jumpa kami tatap muka. Selama ini hanya komunikasi via telepon.

Ternyata dugaanku tentang Om Arfan salah besar, aku pikir semula Om Arfan hampir seusia dengan Om Januar, empat puluh tahunan. Ternyata tidak, Kulitnya yang “Indonesia” sekali dengan mengenakan T-Shirt berkerah dengan warna dasar cokelat muda dipadu corak garis-garis hitam, merah dan cokelat tua yang berarah horizontal, membuat Om Arfan tampak lebih Fresh –lebih muda maskudnya-. Apalagi dengan tatanan rambut “Spike” dan dengan gigi yang berbehel atas bawah membuat Om Arfan terlihat trendy abis –istilah ABG jaman sekarang-.

“Apa kabar Lintang? ,”

“Iya Om, baik, -sambil menghela nafas- aku fikir Om Arfan yang mana, ternyata dugaanku salah?,”
Aku duduk berhadapan dengan Om Arfan di meja kecil, Om Arfan memilih tempat di luar ruangan. Jadi kalaupun suaranya aku rekam, pasti akan banyak noise nya. Makanya hasil selama wawancara berlangsung banyak yang aku catat point-point nya saja pada notebook yang aku bawa.
“Mbak pesen dong! ,” teriak Om Arfan memanggil Pelayan Restoran.

“Lintang pesen apa?,”

“Aku minum aja Om, barusan sebelum kesini aku udah makan siang,” jawabku.

“Yakin ? yaudah kalo gitu pilih aja mau minum apa?,”
Setelah melihat daftar menu, aku tertarik dengan Lemon Blush dan Om Arfan pun ikut-ikut juga pesan minum yang sama.

“Langsung ya Om, aku mau tanya-tanya nih tentang Moge,” kata ku.

“Oke, Mau tanya dari mana?,”

“Setahuku klub Moge di Bekasi itu ada beberapa ya om? kalo Om sendiri aktif dimana saja? ,” tanya ku sambil meminum Lemon Blush, yang rasanya seperti lemon tapi warnanya biru.

“Kalau setahu aku si ada lumayan banyak ya, seperti, ERC (Eagle Rider Community) mayoritas anggotanya sudah berkeluarga , HELLNOISE (anggotanya kebanyakan anak muda), MBC (Motor Besar Club) yang merupakan pecahan dari ERC, dan HDCI (Harley Davidson Club Indonesia). Kalau aku gabung disemua sih, tapi lebih intens sama ERC ini. Baru gabung sekitar setahun lalu,” papar Om Arfan yang bekerja sebagai Marketting di Transport Equipments ini.

“ERC sendiri sudah berapa tahun berdiri Om, bisa diceritakan tentang Profil ERC ini?,”

“ERC ada sudah sekitar empat tahunan, jumlah anggotanya sampai saat ini kurang lebih empat puluh. Kita sering touring sudah hampir ke seluruh Indonesia, waktunya kalo lagi liburan panjang, biar semua anggota bisa ikut,oia kita juga punya motto loh, motto kita itu PERSAHABATAN TANPA BATAS, ” tutur pria asli Betawi yang juga anak ke-3 dari enam bersaudara ini.

Tujuan dari klub-klub moge ini adalah untuk menjalin silahturahmi. Kebanyakan kegiatan mereka selain touring dan membahas soal moge, juga sering kongko-kongko atau ngobrol-ngobrol. Kalau ingin mendapat banyak teman dan menambah saudara, sangat bisa untuk gabung dalam klub ini. Menurut Om Arfan, ia sebenarnya tidak terlalu nyaman dalam klub moge ini. Alasannya satu, kalau touring tidak bisa membawa keluarga, berbeda dengan klub mobil, kalau ada touring sekeluarga bisa diboyong –dibawa-.

Biasanya disetiap club diantara para pria suka ada wanitanya atau yang biasa disebut “Lady Bikers”. Aku pun menanyakan perkara hal ini.


“Kalau di ERC belum ada Lady Bikers nya, yang ada boncengers alias perempuan yang suka bonceng motor disaat kita touring. Mereka adalah istri-istri dari para bikers sendiri,” jelas Om Arfan yang pada satu Oktober ini genap berusia tiga puluh empat tahun.

“Bagaimana Om dengan suka duka yang dialami selama touring? ,”

“Banyak ya, seperti Mogok, ban bocor yang susah nambalnya, yang bikin tambah serunya lagi ya banyak bengkel yang nolak karena enggak berani megang HD,”


Khusus untuk Moge terutama Harley Davidson, tidak bisa menggunakan suku cadang/spare parts motor lain, harus asli HD. Bengkelnya pun tersedia khusus dan ada Badan Hukum Resminya. Atau paling tidak harus dibawa kebengkel khusus mobil.

Bagian yang paling menarik adalah mengenai harga. Berdasarkan keterangan Om Arfan, harga satu Moge Harley Davidson yang second dan paling biasa itu sekitar 100juta rupiah. Kalau Barunya tapi masih asli dari pabrik dan belum pakai asesoris apapun sekitar 200juta rupiah. Harga moge paling mahal bisa sampai 1 Milyar. Fantastis memang, menjadikan hobi ini sebagai hobi bagi
mereka dengan status ekonomi kelas atas.

“Ada budget khusus Om yang disiapkan untuk perawatan si Moge? ,”

“Iya ada kalau mau ganti oli, mesti disiapkan dana sekitar lima ratus ribu. Kalau Koplingnya harus diganti, kurang lebih empat sampai lima juta lah biayanya,” kata Om Arfan sambil agak-agak meringis merasakan betapa mahalnya perawatan moge yang dimilikinya.

Moge yang dimiliki Om Arfan sendiri adalah jenis Gold Wing berwarna putih. Ini dia yang pada Rabu lalu tidak bisa touring ke Sentul untuk mengikuti “Safety Riding” karena si Moge lagi sakit.

“Apa ya Om yang bikin Moge itu kelihatan seram kalau lagi di jalan seakan yang menjadi penguasa jalanan?,”

“Itu karena memang body moge dan CC mesinnya yang besar. Jadi memang tidak bisa jalan pelan, karena enggak enak,”

Satu lagi yang menambah kesan seram atau mungkin lebih tepatnya gagah. Ketika para bikers siap touring menggunakan jaket dan sepatu kulit, celana jeans, sarung tangan kulit, dan masker penutup hidung, serta tak lupa rante di dompet yang berguna supaya dompet tidak jatuh saat berkendara.

“Mesin moge kan besar sama seperti mobil, jadi kalau dompet jatuh takut enggak kedengaran, begitu juga kenapa semua asesoris serba kulit, ya supaya enggak panas kena mesin,” tutur Om Arfan


Kalau kita pernah mendengar mengenai berita moge yang bodong, nah itu ternyata memang benar ada. Bodong bukan berarti moge curian, tapi hasil dapatnya dari selundupan. Dulu jamannya tahun sembilan puluhan. Biasannya kalo moge bodong tidak bisa ikut touring, apalagi jarak jauh.

“Sudah berapa lama Om punya moge?,”

“Aku sama teman-teman kalau moge paling lama ada ditangan kita itu sekitar dua tahunan, habis itu selalu kita tukar dengan model-model baru,”


Kegiatan umum selain touring yang sering dilakukan oleh ERC adalah Bakti Sosial. Kegiatannya banyak dilakukan di wilayah-wilayah yang sering dilintasi kalau lagi touring. Misalnya bagi-bagi sembako, terus kalau lagi bulan Ramadhan sering mengadakan “Saur on the road” dan buka bersama di jalan.

“Kebanyakan daerah Cikampek, lintasan kita kalau mau kemana-mana,” tutur Om Arfan yang juga hobi otomotif dalam klub mobil ini.
Jenis moge yang ada di ERC cukup beragam, dari mulai Harley Davidson, Honda Gold Wings, dan juga Yamaha.





Harley Davidson




Gold Wing


“Ini ada pengalaman menarik ketika kami touring, kita ada teman namanya Heri. Tiap bawa dia, pasti aja mogenya mogok, kalau enggak bocor. Sampe-same teman-teman lain suka pada males kalau touring sama dia,” cerita Om Arfan.

Heri itu adalah teman baik Om Arfan, dia jarang memperhatikan kondisi mesin mogenya. Malah yang sering dilakukannya adalah membeli asesoris dan terus memodifikasi.

“Jadi ketika touring, moge Heri yang jadi juara sering mogok,” ungkap Om Arfan sambil tertawa mengingat sahabatnya itu.



Moge Harley Davidson milik Om Heri yang suka mogok





“Pernah perjalanan sama Heri dari Bekasi ke Bogor sampai tujuh jam, kayanya cuma aku yang mau nemenin Heri kalau lagi jalan,” katanya sambil menggelengkan kepala.

Klub moge apapun kalau lagi kumpul jadi satu, sudah tidak ada lagi yang namanya klub-klub mereka masing-masing. Itu semua karena solidaritas mereka yang tinggi.

Misalnya kalau lagi touring beriringan ada satu moge yang mogok, maka yang lain berhenti semua dan ikut membantu. Setiap touring juga selalu ada swiper –pengawal yang bertugas mengawasi moge lain, biasanya jalan paling belakang mengawasi kalau ada yang tertinggal-. Moge yang larinya paling kencang itu yang dipilih untuk jadi Swiper . Kadang ada juga moge yang jalan duluan dan tidak membantu bikers lain yang kesulitan. Nah yang seperti itu biasanya jarang yang mau menemani, karena rasa solidernya kurang.

“Kalau bicara dari style ada kawan kita yang heboh, namanya Om Eren dia Ketua HELLNOISE, badannya gemuk sekali, kedua tangannya dihiasi tato.Kalau lagi Touring rambutnya di mohak gaya anak punk. Padahal siapa yang menyangka kalau Om Eren itu orang BCA loh,” papar Om Arfan sambil terus menghabiskan Lemon Blush yang kami pesan tadi.

Alat komunikasi di ERC semua menggunakan Blackberry alasannya biar lebih mudah dan update terus dalam segala informasi. Kalau ada kabar apapun cepat keterimanya.

“Terbukti pernah ada kasus pencurian tepatnya sih ketika penjual moge dari ERC di Bekasi dengan percaya membiarkan calon pembelinya mencoba mogenya jalan-jalan. Ditunggu selama beberapa jam kok tidak pulang-pulang. Ternyata moge nya dibawa kabur. Pencuri itu meninggalkan mobilnya yang ternyata juga mobil sewaan di tempat penjual moge, langsung saja kita sebarkan berita kehilangan itu di BB, sekitar seminggu kemudian Pencuri itu ditemukan di daerah Malang, Jawa Timur. Langsung digebukin abis tuh maling,” papar Om Arfan dengan penuh emosi.


Sekitar dua puluh menit, aku dan Om Arfan tak terasa berbincang lengkap mengenai moge. Sambil menghabiskan minuman, Om Arfan menawariku untuk ke Cikarang ke bengkel Moge. Tanpa berpikir panjang aku menyetujuinya, karena biar aku dapat melihat langsung markas ERC di kawasan Jababeka tersebut.


Kami meninggalkan Bakmi GM Metropolitan Mall Bekasi pukul 14.00 WIB. Dan langsung bergegas ke Parkiran Mobil untuk segera berangkat menuju Cikarang. Avanza Silver milik Om Arfan pun menemani kami meluncur kesana.

Kurang lebih perjalanan kami satu jam. Beruntung disepanjang tol menuju Cikarang tidak terlampau padat. Dan kami pun tiba disana pukul 15.00 WIB.


Sampailah kami di sebuah ruko –rumah toko- tepatnya di Jalan Tapir Raya Blok Q 1 No. 2 Kota Jababeka Cikarang Bekasi. Tepatnya di CARAKA MOTOR, yaitu Bengkel Perbaikan dan Perawatan Servis Moge (Motor 4 Cilinder), Bebek, Trail, dan lain-lain.

Ruang yang cukup ramai dengan perkakas mesin motor dan perangkatnya. Aroma kepulan asap moge dan tumpahan oli sangat jelas terasa. Bising suara mesin membuat montir dan pemillik moge harus sedikit berusaha mengeluarkan suara yang lebih keras bila mereka berkomunikasi.


Terlihat enam motor gede yang tengah mengantri untuk di service. Setibanya disana, kami pun bertemu Om Januar ketua ERC dan juga sang istri, namun tak lama Om Januar menemani kami, ia pun harus pergi karena ada kepentingan lain yang tengah menanti.

Aku pun langsung mengeluarkan kamera digital yang ku bawa dan segera memotret moge-moge yang ada dibengkel. Tampak kesibukan disore itu para montir seakan tak bisa diganggu sama sekali. Langsung saja aku menghampiri satu montir diluar bengkel yang sedang memoles body Gold Wing.

“Bengkelnya operasi dari jam berapa mas?,” tanyaku.

“Dari jam tujuh pagi mbak sampe Maghrib lah, tapi kalau lagi ramai bisa sampe Isya,” kata mas
montir yang aku lupa tak bertanya namanya.

Sambil duduk di kursi dekat warung samping bengkel, aku dan Om Arfan minum estee.

“Naik moge yu,” Om Arfan menawariku.

“Boleh,boleh Om..kita mau kemana? ,” sahutku menyambut gembira.

“Keliling sini-sini aja, kan Jababeka lumayan luas,”

“Oke,”


Breemmm…bremmm..bremmm.. si Cantik Gold Wing Merah mulai menyala, Om Arfan langsung menyuruhku untuk menaikinya.



Moge Jenis Gold Wing


“Waw seru,” ucapku dalam hati.

Akhirnya aku merasakan juga naik moge. Seru banget sore ini, dibonceng Om Arfan yang sudah pernah touring kemana-mana. Kalau sudah naik diatas moge rasanya keliling kawasan Jababeka saja tuh kurang. Mungkin ini dia penyebab para bikers selalu ketagihan untuk touring jarak jauh.
Diatas motor.

“Gimana Lin rasanya? ,” tanya Om Arfan dengan suara yang terbawa hembusan angin.

“Seru banget Om..,” jawabku antusias sambil merasakan hembusan angin sore yang terasa lebih semriwing kali ini, mungkin karena aku lagi diatas moge.
Om Arfan mengendarai si cantik Gold Wing merah ini agak-agak ngebut. Wah makin beda sensasinya. Rasanya siap touring jarak jauh. Diperjalanan sepanjang kawasan, banyak mata mengarah pada kami. Itu pasti karena si cantik moge ini yang suaranya seram dan memiliki body yang aduhai.
Tiba-tiba ketika ditengah jalan,

“Kok panas ya Om kaki ku? ,” keluhku.

“Nah itu dia alasannya lin, kenapa kalau touring kita harus pakai sepatu kulit, biar enggak panas kena mesin dan biar lebih safety juga,” papar Om Arfan.

Tak terasa Om Arfan telah membelokkan si cantik ke arah Bengkel lagi.
Ketika kami baru saja sampai, datanglah beberapa moge dan para bikers yang juga teman-teman Om Arfan.

“Wey..Bro..apa kabar lo?,” sapa teman Om Arfan sambil memeluk dan sesekali saling menepuk bahu, namanya Om Budi.


Om Budi juga anggota dari ERC. Usianya kira-kira sama dengan Om Arfan, tiga puluh empatan. Tingginya sekitar 180cm, putih, berkacamata, serta terlihat friendly. Pada waktu touring ke Sentul Om Budi juga tidak bisa hadir , karena kondisi mogenya lagi kurang fit.

“Baik bro..ikut nih nanti malam kita touring? ,” tanya Om Budi.

“Enggak bisa bro gue..salam aja sama yang lain ya,” ucap Om Arfan sambil senyum.

Sapaan di Klub Motor ini menggunakan kata “bro” yang berarti brother atau kakak. Jadi tua ataupun muda, kalau sudah gabung di klub semuanya jadi muda.

Teman-teman Om Arfan malam itu akan mengadakan touring yang mengambil Start pukul 01.00 WIB dini hari di PGC Cililitan, Jakarta Timur. Mereka akan touring bersama Gubernur Jakarta, Fauzi Bowo. Kalau keesokan harinya, hari sabtu 25 Juni klub HELLNOISE akan touring dengan mengambil Start di Kelapa Gading, tahu Indro Warkop kan?, nah Om Indro itu tergabung dalam Klub ini.

Setelah Maghrib, kami pun memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, Om Arfan membelokkan stir Avanza Silvernya ke arah Rumah Makan Lesehan “Dapur Coet” yang letaknya tak jauh dari CARAKA MOTOR, bengkel moge kami tadi.

“Kita makan malem dulu yu..laper nih,”

“Oke,” jawabku.

Bilik bambu, saung-saung yang beralaskan tikar, serta para pelayan yang memakai seragam dengan motif batik, menambah suasana makan malam kali ini terasa nyaman sekali. Seperti berada di pedesaan, walaupun sebenarnya letak rumah makan ini masih didalam satu kompleks kawasan Jababeka.

Menu ayam, tempe dan tahu goreng, lalapan sambal, dan sayur asem pun meyambut makan malam kami. Es jeruk menanti untuk aku habisi. Begitupun Es kelapa muda menjadi pilihan Om Arfan untuk diteguknya malam itu.

Tak lama setelah kami usai makan, datanglah empat teman Om Arfan, tiga diantaranya datang dengan mogenya, dan satu lagi merupakan anggota ERC baru yang datang dengan Serena Silvernya, ia tidak membawa moge, sedang dalam perbaikan katanya. Rupanya Om Arfan memang sengaja mengundang mereka ke “Dapur Coet” ini untuk dinner bersama.

Hampir satu jam aku asik mendengarkan para bikers ngobrol ngalor-ngidul ditengah perjamuan makan malam kami. Alhamdulilah kenyang, dan setelah selesai kami pun pulang dengan tujuan masing-masing.

Ditengah perjalanan pulang di tol Bekasi Timur.

“Om, pertanyaan terakhir nih dari aku, kata-kata apa sih yang mewakili moge buat Om?,”

“Ride to Life, Life to Ride : Mengendarai untuk Hidup dan Hidup untuk Mengendarai, terkesan anak moge banget enggak tuh lin?,” jawab Om Arfan sambil senyum dan menaikkan kedua alisnya.

Waktu luang Om Arfan tak pernah lepas dari moge. Setiap kesempatan selalu digunakannya untuk terus memoles GoldWing putih miliknya. Ini karena semenjak kecil Om Arfan telah terbiasa merawat moge, karena sang ayah dahulu juga bikers moge HD. Jadi ini hobi keturunan.

“Om Arfan, makasih banyak ya Om untuk waktunya hari ini, aku langsung dibawa jalan-jalan ke bengkel mogenya,” Ucapku sambil senyum.

“Sama-sama lin, kalau ada yang kurang konfirmasi lagi aja ya,” kata Om Arfan mengakhiri perjumpaan kami malam itu.

Kenakalan di baliknya kesuksesan

Pada Tahun 2007 saat-saat kita kenaikan kelas tiga sma,sekolah kami kedatangan anak baru dari kota flores..dia berfisik tinggi,berambut kruwel,tampan dan tidak merokok.dia bernama yanuar pada saat dia mendaftar kebetulan ada saya disebelah nya pada saat itu saya ingin membayar spp .. dan tempat pendaftaran siswa baru dan spp bersebelahan ruang.
Saat itu dia mendaftarkan dirinya kesekolahan SMA 17 AGUSTUS 1945 Surabaya.dan usai pendaftaran ia pun menanyakan kepada saya seorang yang bernama bapak sugeng ( kepala sekolah ) disekolah sma 17 agustus tersebut.
Setelah saya beritahu ruang kepala tersebut, saya pun berbincang-bincang sedikit dengannya.mulai dari situlah kita berteman dan saya pun menjadi teman pertamanya disekolah tersebut.

Dan awalnya ia menceritakan kenapa dia merantau dari flores ke Surabaya karena ia mempunyai masalah dari tekanan keluarganya disamping itu ia juga ingin mandiri dan setelah beberapa bulan ia bersekolah dimana saya juga bersekolah tersebut.ia memiliki teman yang bernama Kevin.sosok laki yang amat sangat terkenal dengan kenakalannya .
Saya pun tidak mungkin melarang dia untuk berteman dengan siapa saja walau dimata semua orang Kevin adalah sosok laki-laki yang pekerja seks.

Sekitar enam bulan pun saya melihat perubahan diri pada yanuar,ia menjadi berpakaian tidak rapi lagi layaknya yang saya kenal pertama kali kini ia memakai anting-anting ditelinganya atau biasa disebut tindikan dan sering bolos sekolah sampai-sampai ia mendapatkan SP( surat peringatan) disamping itu .karena ia sering merokok dikantin dan ketahuan oleh T.U. ( tata usaha ) dan akhirnya yanuar dan Kevin kena diskorsing selama beberapa minggu.

Dan setelah ia kembali ke sekolah ,, saya malah mendengar selama diskorsing ia bermabuk ria dengan Kevin ketempat diskotik(clubbing) dan bermain dengan wanita-wanita malam. Dan ketika siang harinya ada wanita yang dating kelapangan basket sekolah untuk meminta tanggung jawab yang yanuar lakukan ke wanita itu( dengan berteriak-teriak)












Beberapa bulan kemudian yanuar mengambil hikmah dari yang ia perbuat.ia pun tidak melakukan hal-hal yang menurut dia tidak wajar,malahan dy bertemu dengan bernad laki-laki berbadan gendut dan pintar.ia mengajak yanuar untuk berbisnis pulsa ketika berhasil ia pun mejadi agen pulsa .. disambi menjadi agen pulsa ia pun membuka kantin disekolah bekerja sama dengan bernad . nama kantinnya adalah kantin kuning karena cat yang berwarna kuning … hingga bangku dan meja makan berwarna kuning ..



Setelah lulus yanuar pun sudah menjadi orang yang sukses dan berhasil alias pengusaha dari menjadi agen pulsa dan membuka kantin kuning disekolah ,dan yang terakhir yang saya tau yanuar membuka toko baju atau kaos distro yang bernamakan YULIS (yanuar tenggilis ) dan pada saat saya menghubunginnya beberapa minggu lalu ternyata ia sudah menikah … dan mempunyai seorang anak satu.

Takdir

Tepat pada September 2006 kakaku menikah dengan gadis minang yang di pacarinya lebih dari 5 tahun. Awalnya penikahan mereka tak direstui oleh sang ibu perempuan tapi atas kerja keras kakaku ibunya menyetujui mereka. Saat itu aku sedang duduk di kelas 2 SMEA. 01 November 2007 kakak iparku melahirkan seorang putra bernama Ahmad Fauzi Efendi dengan wajah yang tajam seperti ibunya suku Riau dan hidungnya yan mancung seperti ayahnya yang bersuku Padang. Kelahiran ahmad sangat din anti oleh keluarga besar kami. Merupakan cucu pertama dari ibuku dan keponakan pertama bagiku. Tentunya akan di sayangi sepenuh hati
Ketika bulan puasa 2010 kak uji mengandung, aku sangat senang mendengarnya, akan mempunyai keponakan lagi.
“ahmad mw pnuya dede yah?” tanyaku pada ahmad
“iya donk ante, panggil abang jangan ahmad” menjawab dengan polos.
“iya deh, abang ahmad yah” aku pun menurut dengannya.
Namun takdir mengatakan berbeda, tepat pada kandungan berumur 2 bulan, kak uji mengalami pendarahan dan mengakibatkan janinnya tidak dapat di tolong lagi. Karena faktor kelelahan dan mungkin rahimnya tidak kuat dengan penyakit maag kronisnya. Padahal kami sekeluarga sudah senang sekali akan datang keluarga baru. Yang aku sedihkan ahmad tidak jadi memiliki seorang adik yang dia inginkan menjadi seorang abang.
Pada 01 November 2010, Achmad berulang tahun umur yang ke – 3. Kami mengadakan pesta kecil-kecil di rumah ku. Sang ibu bersikeras ingin membuat pesta di rumah tetapi sang ayah tidak mau mengadakan acara seperti itu. Akhirnya mengadakan acara kecil hanya keluarga kami saja. Aku membelikan sebuah kue tar blackforest dengan hiasan cream putih dan buah cery di atasnya, juga berdiri di atas kue itu angka 3. Achmad pun sangat senang karena baru pertama kalinya ia merayakan ulang tahun dengan lilin angka 3.
Aku pun memberikan selamat kepada amad “selamat ulang taun amad”ujarku
“makasih ante” jawabnya dengan bahasa yang kurang jelas untuk anak yang belajar bicara seumurnya. Aku di sebut ante dalam bahasa minang yang artinya tante .
Dengan berulang-ulang ia meniupkan lilin tersebut. Aku pun mengabadikan foto keluarga kecil tersebut. Kelak di masa depan nanti akan menjadi sebuah kenangan. Saat itu kak uji (nama kakak iparku) menginap di rumahku untuk beberapa hari. Ia sedang sakit dan sedang dalam pengobatan. Kak uji itu sebutan ku namanya Fauziah berumur 26 tahun berdarah Minang dan Riau. Tingginya sekitar 155cm dan berat 40kg. memang kelihatan kurus sekali dengan berat 40kg untuk seumur dia. Dia mempunyai wajah yang sangat cantik, hidungnya sangat mancung dengan bentuk wajah yang tajam. 1 tahun belakangan ini dia mempunyai masalah dengan kesehatan terutama perutnya. Dia memiliki maag kronis, bila telat makan maka perutnya akan sakit terasa melilit.
Kakaku berusaha keras untuk menyembuhkan penyakitnya kesana kemari dengan tanggapan dokter yang berbeda-beda. Hamper setiap malam dia mengeluh kesakitan dan merasa badannya menggigil. Menurut dokter ada yang mengatakan terkena sakit maag namun sudah di berikan obat tidak kunjung sembuh juga. Sampai badanya kurus sekali Nampak tulangnya. Dengan giat pergi berobat ke sana kesini namun nihil. Terkadang pergi ke tempat orang pintar dan mendapat jawaban yang berbeda. Orang pintar itu mengatakan “sepertinya ada yang tidak senang dengan uji”
Namun, keluarga kami tidak sepenuhnya percaya dengan perkataan tersebut. Kami masih percaya allah pasti memberikan jalan keluarnya. Mereka membeli rumah dekat dengan rumahku tapi tidak ada yang mengurusinya maka di alihkan ke abangnya uji. Kakaku pun hijrah ke rumahku dan ke rumah kak uji. Saat itu ahmad kurang dapat perhatian penuh dari sang ibu di karenakan sakit, ahmadpun yang merawatnya ibuku dan ibu kak uji. Apabila kakaku pergi berobat, ahmad di titipkan di rumahku. Aku pun menemani dia bermain.
Aku pun bertanya “ahmad, bunda kemana?”
“bunda berobat ante, bunda lagi sakit” dengan nada pelan.
“ahmad sayang bunda kan? Doain bunda ya biar cepat sembuh”
“ia donk ante” dengan mengangkat kedua tangannya, seolah-olah sedang berdoa.
Keesokan harinya aku mendengar berita kak uji dirawat di Rumah Sakit Cikarang. Aku pun menjenguk dengan ibuku, kini badannya lebih kurus dengan wajah lesu dan pucat sedang berbaring di tempat tidur. Namun ia masih bisa tersenyum mungkin ingin membuat keluarganya tidak sedih. Akupun mengajak ahmad bermain agar tidak berisik di dalam kamar pasien. Hampir seminggu dia di rawat. Namun hanya ada perubahan sedikit. Maagna tidak terlalu sakit di bandingkan dahulu. Tetapi bila kambuh di malam hari sakitnya melilit sampai panas dingin. Setiap harinya dia membantu kakaku berdagang namun sekarang tidak kuat hanya istirahat di rumah.

Ibu kak uji datang kerumahku ingin melihat keadaan anaknya. Kadang ia menangis dan berbicara dengan ibuku melihat kondisi anaknya yang sedang lemah. Orangtua mana yang tega melihat anaknya sakit. Namun kami sedang berusaha mencari jalan keluar agar kak uji dapat sehat seperti dulu kala. Akhirnya pada Desember 2010 memutuskan kak uji, ibunya dan ahmad akan berangkat ke Padang untuk berobat alternatif disana, kakaku tidak ikut karena harus mengurus usahanya di sini. Kakaku pun menyusulnya ke Padang ingin menemani sang istri.
09 Februari 2011 pukul 14.00, aku sedang di rumah nonton televisi. Ibuku pulang menangis
“kenapa bu?” tanyaku
“semua udah terlambat, dia udah pergi”ibuku menjawab sambil terisak-isak
“emangnya ada apa bu?”tanyaku penasaran
“kak uji udah ngga ada” air matanya tumpah
Aku tertegun mencerna kalimat-kalimat tersebut, tatapan mataku kosong dan air mataku mulai berderai. Aku tak bisa berkata apa-apa, kak uji telah di panggil oleh yang maha kuasa meninggalkan suami dan seorang putra yang masih berumur 3 tahun. Tak menyangka akan terjadi seperti ini. Kadang masih bertanya apakah ini benar terjadi atau hanya mimpi? Yang ku ingin kan ini hanya mimpi dan aku akan terbangun dari mimpi buruk ini. Takdir mati, jodoh, dan rezeki di tangan allah. Aku tak menyangka secepat ini, atau mungkin ini memang jalan terbaik dan dapat menangkannya di alam sana. Setelah mendengan berita itu ibuku memesan tiket untuk ke Padang, aku tidak ikut karena harus kuliah.
Sebelumnya memang kak uji mengalami koma dan di panggil allah. Sebenarnya berobat di Padang sudah menemukan penyakit yang dia derita bertahun belakangan ini. Yaitu ada lendir di dalam paru-parunya yang dia alami menggigil. Namun sudah telambat dan tidak bisa tertolong lagi.
Malam hari aku menelpon kakaku yang sedang berduka di Padang, aku di telpon hanya bias menangis terisak-isak tidak bias bicara. Namun kakaku masih bias tegar dan bersabar
“udah tawakal aja rita, memang ini jalan allah. Dan pasti yang terbaik untuk almarhum”ujarnya dengan nada tenang.

Semalaman aku menangis terisak-isak tidak dapat berhenti. Membayangkan semua kenangan yang lalu dan membayangkan Ahmad bagaimana masa depan dia nanti. Mungkin sekarang dia belum mengerti apa kata meninggal itu apa tetapi pasti sudah besar nanti merindukan sosok seorang ibu.
Setelah 7 hari semua keluarga ku kembali ke bekasi. Masih berbalut dengan duka dan masih merasa kehilangan dengan sosok kak uji. Almarhum di makam kan di Padang dekat pantai. Banyak cerita yang ku dengar, tingkah laku ahmad yang belum mengerti meninggal itu apa. Saat ku berkunjung kerumah ibu kak uji, beliau bercerita sambil menangis
“gimana lagi rita, udah takdir. Anak perempuan satu-satunya udah ngga ada. Kasian si ahmad ngga punya seorang ibu lagi” sambil menangis
Sejenak ibu almarhum bercerita tentang ketika dia masih hidup, dia merupakan anak perempuan satu-satunya dari 5 bersaudara. Semua saudara kandungnya laki-laki, dia anak ke 4, wajar sekali ibunya sangat kehilangan sekali. Tak ada lagi anak perempuannya lagi di dunia ini. Kadang sang ibu bercerita ke padaku tentang penyakitnya yang sudah di idapnya selama masa gadis.
“kak uji itu, orangnya malas sekali makan. Dia hanya ingin mengemil tanpa memakan nasi. sehari-harinya yang di makan mie instan dan bakso terus. Bagaimana tidak sakit, apabila sudah makan itu dengan sambal yang banyak. Ibu sudah melarangnya tapi tak di dengarnya.” cetusnya
Aku hanya mendengarkan ibu kak uji bercerita dengan panjang lebar.
“siapa yang tau takdir, sekarang ahmad jadi anak yatim. Baru umur 3 tahun sudah di tinggal ibunya. Kasihan sekali amad” sambil mengelus kepala amhad yang sedang tidur.

Terkadang aku berbicara dengan ahmad apabila sedang berdua di rumah.
“ahmad, bunda mana?tanyaku
“bunda udah di surga ante, pergi jauh banget ngga pulang-pulang lagi”jawabnya polos
“ahmad sedih ngga?” tanyaku
“sedih donk, kangen ahmad ma bunda” jawabnya sedih
“jangan sedih kan ada ante, ayah, oma, nenek, opa” jawabku memeluknya
ahmad pun mengangguk
“bunda kan di kubur di padang, dekat pantai” dia bercerita.
Aku merasa sedih sekali mendengar perkataannya, semenjak saat itu aku bertekad akan menyanyangi ahmad sepenuhnya dan melindunginya. Membesarkannya menjadi seorang yang tegar dan kuat. Kakaku sekarang sangat teliti dengan kesehatan.
Percakapan di teras rumah. Aku memperlihatkan foto saat ahmad ulang tahun yang ke 3
“kadang abang kangen banget ta ma kak uji” keluhnya
Aku hanya bias menjadi pendengarnya tidak bias berkata apa-apa
“makanya tuh ta, jangan makan sembarangan. Seperti almarhum makannya bakso dan mie terus. Ngga baik itu” nasihatnya padaku
“jaga kesehatan bener-bener”lanjutnya
Setelah 5 bulan kepergiannya, keadaan keluarga kami mulai bisa menerima takdir. Mungkin ini memang jalan terbaik untuk dia. Kami sekeluarga hanya bisa berdoa untuk kak uji di alam sana. Dan tentunya ada hikmah di balik semua ini. Dan lebih menjaga makanan dan tetap sehat.
Pesannya dari cerita ini, semoga kita menghargai hidup apalagi untuk hidup pola sehat. Khususnya untuk para wanita yang gemar memakan yang tak bergizi dan suka dengan selera pedas. Walaupun kini keadaan kita sehat-sehat saja. Tapi di kemudian hari pasti berdampak yang tidak baik untuk kesehatan.

Senyuman Indah Sang Calon Guru Biologi

Sore itu , Minggu 20 Juni 2011 , aku duduk menatap keramaian kampus Universitas Indraprasta PGRI sendiri , Aku menatap para mahasiswa yang lalu lalang , berjalan cepat dengan bawaan buku-buku modul yang ekstra berat . Mataku melirik ke kiri dan kanan menanti seseorang yang hampir 3 bulan tak bertemu denganku , aku yang kebetulan sedang berada di lenteng agung sekalian menyempatkan diri untuk pulang bersama ke bogor bersama narasumber utamaku . Noviana .
Jarum jam ditangaku menunjuk ke angka 4 , tidak terasa aku telah menungggu hampir setengah jam . namun sosok yang aku nantikan tak kunjung datang , berkali-kali aku mengirim sms tapi tak kunjung ada balasan , aku tetap menunggu , Bosan , aku berjalan – jalan di area pelataran kampus , kampus UNINDRA Yang menjulang tinggi membuat halaman kampus ini tidak terlalu besar .
Entah sudah berapa kali aku bulak-balik , berjalan maju mundur , namun orang yang aku nantikan tidak kunjung terlihat . seseorang berjilbab duduk di dekat tempatku berdiri , aku tidak menghiraukannya , mataku terus mengamati orang-orang yang keluar satu persatu dari dalam kampus , namun Noviana tidak kunjung terlihat .
Hapeku bergetar . “ Gue udah didepan kampus “ akhirnya Noviana membalas SMS ku , aku mengetik balasan SMS sambil membelakangi orang dibelakangku “ Gue udah didepan kampus lu dari tadi , lo dimana sih !! “ aku memberi penekanan . Bunyi dering SMS terdengar dari arah belakangku , aku langsung berbalik badan , cewek berjilbab tadi sedang mengetik SMS , Aku berjalan kearahnya , aku kaget bercampur bahagia melihat penampilan barunya .
“ Noviana ?? “ suaraku terdengar keheranan
“ Oh , yang tadi ngebelakangin gue elo “ jawabnya
Aku masih sedikit heran melihat penampilan baru Noviana , ia terlihat berbeda dari sebelumnya , rambut keritingnya yang bisa dikuncir kini tertutup rapat oleh jilbab panjang warna hitam ,baju kaos yang pendek yang biasa ia kenakan kini terganti oleh kemeja lengan panjang berwarna ungu , celana jeans ketat yang bisa ia kenakan kini berganti rok panjang , aku sangat bahagia melihat penampilan baru Noviana .
“ Kapan pake jilbab nov ? “ Tanyaku , masih sedikit penasaran . Aku masih sedikit kurang percaya Noviana yang tomboy kini menjadi feminim dan alim
“ Udah lama kalii “ Jawabnya santai
“ berapa bulan ? “
“ baru 1 bulan sih “ dia tertawa lebar , lesung pipitnya langsung mengembang di pipi hitam maninsya .
aku berbincang dengan Noviana didalam angkot jurusan cileungsi – kampung rambutan yang padat , jalanan di cibubur macet parah karena akhir pekan , aku dan Noviana pun transit dulu di Plaza Cibubur menunggu kemacetan sedikit berkurang .
Sampai di Plaza , kami langsung memesan makanan disebuah restoran Ayam , sambil berbincang-bincang kami makan dengan lahap .Selesai makan kami kembali mengobrol , Noviana tertawa lebar saat membicarakan masa-masa sekolah kami yang penuh kenangan manis , senyuman Noviana kini sangat berbeda saat 3 bulan lalu aku bertemu dengannya di pernikahan adik bungsunya Siti . Noviana tersenyum manis dan tertawa lepas saat bersamaku kini , ia seakan lupa dengan keperihan hatinya saat harus merelakan adiknya mendahului ia untuk menikah .
**************
7 tahun lalu aku bertemu dengannya saat aku kelas 3 SMP , saat SMP aku tidak begitu mengenal Noviana , ia adalah tipe anak pendiam , yang duduk di kursi paling depan , sedangkan saat itu aku duduk di bangku paling belakang yang berada di Pojok kelas , saat SMP aku jarang berbicara dengan Noviana , aku hanya sekedar mengenal bahwa ia adalah Noviana , dan ia teman sekelasku .
Saat SMA aku kembali bertemu dengannya , saat masa Orientasi siswa SMA aku dan Noviana seakaan tidak pernah bertemu , aku malah mencari teman baru dari sekolah yang berbeda , tak pernah berbicara dan tak pernah bertegur sapa satu sama lain , Aku malah lebih akrab dengan teman baruku di bandingkan dengan Noviana yang sudah aku kenal sejak SMP .
Sesudah MOS aku jatuh sakit , hingga masuk SMA setelah kegiatan belajar telah berlangsung selama 2 minggu , sewaktu MOS aku dan Eva teman baruku telah berjanji akan duduk bersama , namun kenyataannya saat aku pertama kali menginjakkan kakiku di kelas X-1 . Eva telah mempunyai teman sebangku .
“ Wah , aku kira kamu pindah sekolah nov , abis kamunya gak pernah masuk “ eva mengklarifikasi penyebab ia mengingkari janjinya kepadaku .
“ Oh , iya bangku paling depan masih kosong kok nov , kamu disitu aja “ tambah eva
Akupun menurut , karena memang hanya itu kursi kosong yang tersisa , saat itu aku belum mengetahui dengan siapa aku duduk , hingga seseorang masuk kedalam kelas dan meletakkan tas nya di kursi yang akan aku duduki . Aku sedikit kaget , aku tidak menyangka bahwa ia adalah orang yang akan menjadi partnerku selama 1 tahun ini .
Ia tersenyum . aku membalasnya dengan senyuman tidak bersemangat ,
“ Apa kabar Nov ? “ aku menyapa dengan suara serak , bahkan parau
“ Baik “ jawabnya singkat , ia langsung duduk , membuka buku pelajaran dan membacanya , ia tidak menghiraukan ku , aku pun pergi meninggalkannya bersama eva dan citra .
“ bukannya kamu satu SMP sama Noviana ya Nov ? “ Tanya Eva di sela-sela sarapan gorengan kami
Aku mengganguk
“ Kok kayak gak kenal gitu sih “ gantian Citra , teman sebangku Eva yang bertanya
Ditanya seperti itu aku bingung menjawabnya , aku juga tidak mengerti mengapa aku dan Noviana tidak akrab , Noviana terlalu pendiam , mungkin itulah salah satu alasan mengapa aku tidak terlalu menyukainya .
Bel Masuk berbunyi , kami langsung berlari dari kantin menuju kelas kami dilantai 2 , Guru Matematika telah berdiri didepan WhiteBoard , aku langsung duduk , Noviana diam , ia seakan tidak merasakan kehadiranku , ia mencatat dengan semangat semua pelajaran yang diberikan guru kami . Saat pak Marsudi guru matematika memberikan soal , aku sama sekali tidak mengerti , selain ketinggalan pelajaran , aku juga tertinggal menulis .
“ Nofita kerjakan nomor 1 “ Pak marsudi memanggil namaku , aku sama sekali belum mengerjakan , mencatat sooalnya saja belum . Noviana terlihat tenang disampingku , wajahnya terpaku kearah buku , tangannya dengan cermat menulis rumus , aku yang tidak mengerti mencoba mengerjakan namun aku tidak percaya diri , aku takut salah mengerjakan soal .
“ Silahkan Nofita “ pak marsudi menghampiri mejaku , memberikan spidol kepadaku , tanganku gemetaran memegang spidol , aku yang sama sekali tidak mengerti belum menuliskan apa-apa di atas lembaran buku matematikaku , saat aku berdiri , noviana menyodorkan bukunya .
“ Bawa kedepan aja “ ungkapnya
Aku langsung membawa buku bersampul coklat milik Noviana , aku menuliskan semua jawaban Noviana di Whiteboard , saat selesai aku langsung mengembalikan buku Noviana , ia tersenyum “ kalo salah gak apa-apa kan ?” ungkapnya
Aku mengganguk “ iya gak apa-apa kok “ aku duduk lemas di kursi , hari pertama masuk SMA membuatku berkeringat deras , baju seragam putih baru ku basah oleh guyuran keringat yang keluar dari semua pori-pori kulitku .namun Noviana terlihat santai disampingku , ia mengerjakan soal-soal yang lain dengan semangat .
Pak Marsudi membahas jawabanku , hatiku sangat gembira saat pembahasan pak Marsudi membuktikan bahwa jawaban yang aku tulis adalah jawaban yang benar . walaupun jawaban itu milik noviana setidaknya aku tidak malu karena jawabanku benar didepan kelas .
Pelajaran demi pelajaran aku lewati , selama pelajaran aku seakan duduk sendiri , karena Noviana hanya diam terpaku memandang guru , menulis catatan , dan langsung pulang tanpa pamit dan bicara kepadaku , aku merasa 1 tahun di kelas 10 akan membosankan karena teman sebangkuku amat pendiam .
****************
Pemikiranku pada saat hari pertama masuk , memang terbukti , 1 bulan duduk bersamanya . hari demi hari yang aku lalui bersama Noviana berjalan membosankan , kami jarang mengobrol , tidak pernah jajan bersama , setiap istirahat sekolah Noviana selalu diam dikelas , membaca buku dan membuat rumus-rumus cara cepat berhitung ,aku yang tidak bisa diam sering jalan-jalan di kelas , hinggap di kursi dimana terjadi keramaian , sedangkan Noviana tetap duduk di kursi depan , mengasingkan diri dari keramaian kelas .
“ Nov , jajan yuuk “ Untuk pertama kalinya aku mengajaknya , setelah sekolah sudah berjalan 1 semester .
Ia berdiri dari kursi , ia tidak menjawab tapi ia mengikuti langkahku ke kantin , entah dorongan dari mana dengan gampangnya aku berkomentar tentang sikap noviana yang membosankan selama duduk bersamaku , “ jangan diem aja atuh Nov , bosen gue teh “ ucapku polos dengan aksen sunda kasar
Noviana tetap berjalan , ia seakan tidak mendengar perkataanku , “ Anak-anak ngira elu teh sombong nov , mentang-mentang pinter sorangan bae “ lanjutku . akhirnya noviana memalingkan wajahnya kearahku , bukannya marah ia malah tersenyum “ emang aku sombong banget ya ? “ tanyanya
“ iya , sombong banget “ jawabku enteng , tidak memikirkan perasaan Noviana akan marah atau tidak kepadaku
“ Aku gak biasa ngomong , tapi dicoba banyak ngomong deh “ jawabnya
“ ngomong aja pake acara coba-coba nov , ungkapin aja yang ada di hati kamu , jangan diem aja “ aku memberikan pengarahan , kepada orang yang sulit berkomunikasi seperti noviana , sampai kantin ia sedikit berubah , ia menanyaiku mau makan apa , abis pulang mau kemana , efek besar terjadi di diri noviana , noviana akhirnya bersuara juga , kadang dalam sehari aku hanya mendengar suaranya saat absen saja .
Akhir-akhir hari dikelas 1 SMA akan berakhir , Noviana ternyata orang yang enak diajak ngobrol selama ini dia menutup diri karena tidak percaya diri dengan keadaan keluarganya yang kurang mampu , ayah Noviana hanya seoarang supir angkot dan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa , selama Istirahat ia jarang jajan sebab ia hanya diberikan uang untuk ongkos saja , ia biasa puasa senin kamis dan lebih memilih belajar . Pergi kesekolah baginya adalah hal yang sulit , maka dari itu ia menjalankan kegiatan di sekolah dengan belajar maksimal , sebab sampai rumah masih banyak pekerjaan rumah yang menantinya .



********
Kelas 10 telah lalu , hari itu aku bahagia bukan main saat mengetahui bahwa aku masuk kelas XI IPA 1 , Citra dan Eva masuk IPS , Noviana mengajak duduk bersamaku lagi saat aku bertemu dengannya di pintu kelas baruku , aku langsung mengganguk , aku masuk IPA juga karena Noviana yang sabar mengajariku pelajaran Fisika yang sangat tidak aku sukai .
Noviana mengajakku duduk di bangku paling depan lagi , namun aku menggeleng . “ Jangan didepan lagi ahh “ ungkapku , ia menurut , ia mengikuti langkah kakiku yang memilih bangku di baris ke 3 . ia meletakkan tasnya di bangku yang aku pilih . “ Ini bangku paling strategis Nov “ ungkapku bahagia padahal aku senang karena tidak lagi harus duduk dibangku paling depan .
Saat pelajaran Noviana masih suka diam , saat aku bertanya dia tidak akan langsung menjawab , ia masih sombong jika sedang asyik belajar , di bangku belakangku ada 2 orang cowok yang sangat berisik dan tidak bisa diam , mereka sering membuat noviana marah karena sering membuyarkan konsentrasi noviana , aku malah senang jika adi dan bisri menggangu Noviana , karena Noviana akan sering mengamuk dan mengejar kedua mahkluk rese dalam kelas XI IPA . Melihat Noviana di Usili aku akan tertawa dan rasa bosan ku saat didiamkan Noviana belajar akan hilang .
Aku , Noviana , Adhi , dan Bisri menjadi teman baik walaupun kadang kami berempat sering bertengkar , Sifat Adhi hampir sama dengan Noviana , ia pendiam dan tidak suka diganggu jika sedang membaca komik atau pelajaran , Bisri , adalah tipe cowo pecicilan yang tidak bisa diam , Kami berempat saling melengkapi , hingga hari-hari berjalan dengan cepat dan tak terasa ujung dari hari-hari di SMA akan berakhir .
2 Tahun berada di kelas IPA , Mempelajari semua pelajaran yang diberikan oleh guru-guru kami , dan akhirnya di saat-saat terakhir terasa sangat menyedihkan , aku dan Noviana berjanji untuk masuk di Universitas yang sama Noviana , saat kelulusan kami semua saling melepaskan rasa bahagia bercampur kesedihan , dan akhirnya sesuatu yang dimulai akhirnya akan berakhir juga , Masa SMA ku tertutup dengan torehan kertas yang diisi beragam cerita dan warna .

********
2 Bulan aku liburan dirumah , Ibuku selalu menyuruhku untuk kuliah jurusan pendidikan mengikutinya jejaknya menjadi guru , namun aku menolak dengan beribu alasan . Hingga suatu hari mama membawa formulir pendaftaran UNINDRA , dan mengambil jurusan pendidikan Biologi , aku langsung menolak , walaupun aku menyukai biologi tapi aku tidak pernah bercita-cita menjadi guru . Saat itulah aku teringat Noviana .
Aku pergi kerumah Noviana di Cicadas , sampai didepan pintu rumahnya terdengar suara ibu Noviana yang sedang berteriak histeris , memanggil nama Noviana , aku yang baru ingin menyampaikan salam langsung mengurungkan niat saat melihat dari arah dapur Noviana berlari meninggalkan rumah menenteng sandal jepit ditangannya , “ Noviana “ aku memanggilnya , ia melihatku dan ia memberikan tanda untuk pergi dari rumahnya sekarang dan bertemu di depan jalan raya , akupun menurutinya .Aku menunggu Noviana di jalan Raya dekat rumahnya , Noviana berjalan kearahku , ia memakai daster lusuh , sandal jepit yang tak jelas warnanya , matanya sembab ,lingkaran matanya hitam , noviana terlihat kurus dibandingkan saat SMA .
Aku mengajak Noviana makan baso di Prapatan Cicadas , rambut keriting Noviana berantakan , saat aku dan dia turun dari angkutan umum , aku bingung mau bertanya mulai dari mana , hingga akhirnya saat makan bakso noviana terisak , ia menangis sambil terus mengunyah baso , aku bingung tukang bakso dan pembeli yang lain melihat kami berdua dengan tatapan mata aneh .
“ Nov , kenapa nov “ aku mengelus pundakknya yang naik turun , aku sama sekali tidak nafsu makan bakso saat melihat keadaan Noviana , saat Noviana selesai menumpahkan semua air matanya , aku mengajaknya mengobrol di taman Griya bukit jaya yang tidak jauh dari prapatan Cicadas .
Aku sengaja mengajak Noviana ketempat yang sepi agar dia bisa menumpahkan segala perasaan yang ada dalam jiwanya . Aku bingung mau bertanya dari mana , hingga akhirnya Noviana berbicara .
“ Gue mau dinikahin sama Haji Syafii Nov “ ungkapnya
“ Kok bisa ? “ Noviana pun menceritakan semua permasalahan yang menderanya .
Saat kelulusan SMA , Untuk menebus Ijazah SMA Noviana harus membayar 1 juta lagi sebab ia memiliki tunggakan uang bayaran dan uang Ujian , saat itulai ibu Noviana meminjam uang Pak Haji , Setelah mengambil Ijazah , Pak HAji sering berkunjung , dan menatap Noviana dengan tatapan aneh .
Ibu Noviana memaksa untuk Noviana menikah saja , Pak Haji memiliki banyak kontrakan dan ibu Noviana dijanjikan akan diberikan kontrakan oleh pak haji , lingkungan tempat Noviana yang masih kampung , membuat pemikiran orang tua di tempat tinggal Noviana sangatlah primitive , anak perempuan yang seudah berumur 17 an haruslah sudah dinikahkan .
“ Gue mau kuliah Nov , Gue pengen jadi guru “ ungkap noviana di sela-sela isak tangisnya .
Aku pun ikut menangis , di umurnya yang masih seumur denganku Noviana memiliki banyak masalah , aku memberikan formulir pendaftaran kepada Noviana , ia menggengam erat Formulir itu ,tangisannya lama kelamaan reda , ia tersenyum melihat formulir pendaftaran yang dibelikan mama kepadaku .
“ Formulir ini mungkin lebih bermanfaat buat lu , dibandingkan buat gue , elu harus bisa buktiin ke semua orang kalau cita-cita lu bisa terwujud , gue yakin suatu saat nanti elu bakal jadi guru professional Nov “
Hari itu , hari terkahirku bertemu dengan Noviana , aku tidak mendengar kabarnya lagi , aku mulai sibuk dengan kuliahku yang padat , Nomor Handphone Noviana yang sering berganti-ganti juga menyulitkan aku untuk berkomunikasi dengannya , hingga sebuah akun Facebook meng add ku dengan nama Nova lia . Dan aku girang bukan main saat mengetahui itu adalah akun Facebook milik Noviana .
**********
“ Nofff ,, hari minggu ke rumah yaa , ada acara di rumah “
Noviana menuliskan wall di facebook ku , aku pun langsung mengomentarinya “ mau dilamar ya nov “ namun Noviana tidak membalas komentarku .
Sabtu , di akhir bulan Mei , aku datang ke rumah Noviana , aku memakai kaos dan celana jeans serta sepatu kets . Aku tidak percaya diri saat banyak orang berlalu lalang masuk dan keluar rumah noviana memakai baju batik , tenda berdiri tegak di depan rumah noviana , janur kuning melengkung didepan gang dan aku merasa bahwa aku salah kostum hari ini .
Aku membayangkan bahwa Noviana lah yang menikah namun aku mengucek mataku berkali-kali saat di tempat penerimaan tamu terlihat Noviana tersenyum saat setiap orang memberikan amplop ke dalam bakul tempat uang , jika Noviana menjadi penerima tamu , maka yang menikah siapa ??
Akupun kembali kedepan gang rumah Noviana , membaca nama yang tertera di Janur kuning , disana tertulis Siti dan Rozi , barulah aku mengerti , bahwa noviana dilangkahi siti adiknya .
Aku datang menyalami siti , Siti terlihat dewasa dibalut baju pengantin padahal usianya barulah 16 tahun ia dan Noviana berbeda 5 tahun . Siti berhenti sekolah saat SMP dia tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih kerja di pabrik . 1 tahun bekerja siti menikah dan melangkahi sang kakak yang masih ingin meraih cita-citanya .
Selesai bersalaman dengan pengantin aku makan di dekat meja penerima tamu , wajah Noviana yang di balut makeup terlihat tidak bahagia , ia tersenyum seadanya , ibu Noviana datang menghampiriku yang sedang mengobrol dengan Noviana , “ Eh , neng Nofi datang ama siapa ? “ tanyanya
“ Sendiri aja bu “ jawabku
“ Si Noviana sih kuliah , jadi dilangkahin deh sama si siti “ Ibu Noviana menatap sebentar kearah Noviana , dan kembali masuk kedalam menemui semua tamu yang hadir .
Saat ibu Noviana pergi aku kembali mengobrol dengannya
“ Biarinlah nov , gue mah ikhlas si siti Nikah duluan , Mungkin suatu saat nanti gue bisa lebih sukses dari siti “ mata Noviana memerah saat mengatakan hal yang menyayat hatinya

**********
Untuk membiayai kuliahnya , Noviana bekerja keras dengan menjadi buruh pabrik Di PT Novell , selain menjadi buruh pabrik Noviana juga mengkredit baju dan alat-alat rumah tangga . Setiap Minggu ia kuliah dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore , Kini ia sedang melamar pekerjaan menjadi guru Honorer di SDN Tlajung Udik 2 .
Seminggu sebelum UAS , Minggu 26 Juni 2011 . aku pergi bermain kerumah Noviana , saat bertemu Ibu Noviana , ia tetap tidak setuju Noviana kuliah .
“ Nih neng , daripada Uangnya buat kuliah mendingan buat bikin dapur neng , Si Novi mah susah dibilangin sama ibu “ Aku sedih mendengar jawaban ibu Noviana saat aku menanyakan pendapatnya tentang kuliah Noviana
“ Bapak mah terserah novi aja neng , dia udah besar , keputusan ditangan dia sendiri , “ ungkap ayah Noviana saat aku menanyakan hal yang sama
Saat itu aku tidak bertemu dengan Siti . ia tinggal di rumah suaminya di Jonggol .
Di Facebook , aku bertanya tentang Noviana kepada adhi teman berantem kami saat SMA
“ Bangga deh sama Noviana yang cita-citanya pengen jadi guru , semoga sukses “
Masih di Facebook , aku menanyakan tentang Noviana kepada Guruku waktu SMA
“ Bangga ada yang mau bercita-cita menjadi guru , Semoga Noviana Sukses “
Mungkin masih butuh waktu untuk Noviana membuktikan bahwa keputusannya untuk kuliah adalah hal terbaik yang menjadi bekal Noviana untuk menjadi orang sukses , namun kerja kerasnya membiayai kuliah dan hidupnya adalah hal yang patut diacungi jempol , Aku selalu berdoa supaya kamu sukses Nov ,,,

Teristimewa temanku selama 6 tahun Noviana ,,,,

===SELESAI===

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More