Senin, 30 Mei 2011

Belajar Mengenal Lelaki

-- Hanya postingan biasa, tapi kalau dijadikan TOR bagus gak ya? *curcol --


Jam 8 malam. Seorang mantan menyapaku lewat YM. "Bleweh". Dia memanggilku.

"Dasar bule sok Jawa". kataku dalam hati.

Dengan malas, ku jawab pesannya. "Opo?". Agak lama, dia kemudian menjawab "Rere mau punya adik".

Rere.. itu adalah nama anaknya. Mama nya sudah meninggal. Dan dia, mantanku, kini mendapat pasangan baru. Seingatku, anaknya itu baru berumur 5 bulan. "Jeni hamil? Atau perempuan lain yang kau hamili?". Begitu pikirku.

"Kamu kapan nyusul, Vi?", dia menanyaiku.

"Belum pengen". Singkat, ku jawab pertanyaannya.

Tak ku sangka, ternyata dia marah. "Kamu ini, orang jelek gayanya selangit. Kayak Miss Indonesia aja".

Loh, loh, kenapa ini? Aku salah ngomong? Belum sempat bertanya, dia kembali berbicara "Sudah waktunya kamu serius, Vi. Kenali pasanganmu. Aku pengen lihat, kapan Evi nikah? Kapan Miss Campus ini dapet pasangan hidup? kalo aku mati, biar anakku yang aku suruh jadi saksi. Seterusnya sampe cucuku nantinya".

Kaget, ku timpali saja ucapannya "maksudnya aku belum pengen nikah atau punya anak. Aku agak terbebani, aku anak pertama. Pengen bantu-bantu orangtua dulu"

"Kamu sombong, Vi. Gak seharusnya kamu bicara begitu. Aku mau telp. Pengen ceramahin kamu"

Huffhhh pasti nanti ceramahnya lama. Aku sudah mengenal wataknya. Tapi oke lah, kalaupun ku tolak, dia pasti tambah cerewet. Maka ku angkat saja ketika dia menelponku.

"Halo, apa kabar?". Sapanya hangat.

"Baik.."

Baru menjawab sepotong, dia langsung nyerocos "Aku gak suka kamu ngomong kayak tadi. Kenapa gak bilang aja 'Oh ya, doain aja ya biar cepet nyusul'. Bukannya malah bilang 'belum pengen'. Sombong kamu, Vi. Inget, kalo tua nanti yang ngincer kamu udah dikit. Sekarang kamu masih muda. Masih banyak yang mau. Jangan sombong, sok gak butuh cowok. Neko-neko aja senengnya".

Jederrrrr!!!! Semua ucapannya seperti meriam yang ditembakkan tepat ke arah jantungku. Sakit! Aku agak membela diri "Aku lagi pengen fokus belajar. Terus kerja, baru mikir nikah"

"Aku tadi kan bilang, kenali pasanganmu dulu Vi. Nanti kalo menikah, kamu pasti tahu dan paham gimana cara memahami pasanganmu. Kamu akan terbiasa dengan laki-laki. Egois, kamu. Kalo kamu terus-terusan pake pola pikir orang gila gitu, liat aja nanti. Jadi perawan tua, kamu!"

Jlebbbbb!!!! kata-katanya menusuk lebih dalam.

"Kalo kamu punya pasangan, kamu bisa berbagi sama dia Vi. Jadi anak pertama bukan musibah, tapi anugerah. Kamu itu bukan penanggung beban keluarga. Kecuali orang tuamu udah gak ada. Kamu itu contoh buat adik-adikmu. Itu aja. lagian adikmu cuma satu aja gayamu udah selangit. Mulailah kenali laki-laki, Vi".

Tersadar, aku hanya diam mendengarkannya bicara seperti itu. Aku tak pernah membantah kata-katanya. Karena dia selalu benar. Sakit, pahit di dengar, tapi rasanya seperti obat bagiku.

"Kangen gak kamu sama aku?". Dia menanyaiku.

"Udah, urus aja ibu dari anakmu. Aku mau tidur". HP ku matikan.

Sedahsyat apapun kata-katanya untuk menyadarkanku, tapi aku telah menutup tembok batas di antara kami. Cukup. Terima kasih banyak, selalu menjadi dokter jiwa ragaku. Dokter jiwa dengan segala tegurannya, dokter raga karena dia memang seorang dokter. Dokter yang tampan dengan mata hijaunya :-P

Oke lah, saatnya belajar memahami pasangan. Disakiti atau tidak, yang penting jalani dulu. Honest love *^-^*

1 comments:

hwaaaaaa...

menebak2, siapa pria bermata hijau itu.
^_^

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More