Rabu, 06 Juli 2011

Ride to Life, Life to Ride with Harley Davidson

-H.N. Lintang Tri Hapsari-

“Pagi Lintang, aku ga jadi pergi krn motor blum sehat. Tapi jika kamu mau wawancara temen aku jg gpp. Aku konfirmasi dia,” itulah isi SMS dari Om Arfan yang aku terima Rabu 22 Juni 2011 pukul 04.36 WIB.

Om Arfan adalah pemilik, penggemar, sekaligus Narasumber utamaku untuk wawancara mengenai Moge alias Motor Gede yang ia miliki. Sebenarnya sudah dari jauh-jauh hari aku menghubunginya untuk buat janji bertemu, berhubung beliau “Businessman” yang super sibuk maka dimana Om Arfan ada waktu luang, aku pun siap untuk bertemu.


Rabu 22 Juni 2011, pukul 5.40 WIB

Pagi-pagi buta sudah siap berangkat setelah Sholat Subuh, walau sudah mandi dan sarapan roti, tetap saja mata rasanya masih sepet dan ngantuk. Masih kedinginan juga. Tapi harus tetap semangat, kan “Kalau mau hasil yang maksimal, usahanya juga harus maksimal,” pesan dari mama yang selalu aku ingat.


Aku dan Om Arfan sebelumnya berencana bertemu di Petronas, Bekasi Square untuk kemudian touring beriringan ke Sentul Bogor menghadiri acara “Safety Riding” persiapan touring Eropa. Namun sayang, kali ini Om Arfan tak bisa hadir. Aku tetap pergi ke Petronas tempat dimana kami janji bertemu sebelumnya.

Disana atas rekomendasi Om Arfan, aku diminta untuk bertemu dengan Om Januar yang merupakan Ketua ERC (Eagle Rider Community), salah satu komunitas Moge di Bekasi. Ya lumayanlah wawancara singkat sambil foto-foto Moge jenis HD –Harley Davidson- dan juga Gold Wing.


Setibanya aku di tempat tujuan.

“Mana ya yang namanya Om Januar?,” pikirku sambil menoleh ke kanan kiri, belakang depan.
Tiba-tiba dering sms di handphone ku berbunyi, kemudian ku buka.

“Ada Om Januar tuh pake HD -Harley Davidson- ,” SMS Om Arfan rupanya.

Sambil menoleh ke arah belakang, tepat di depan Dunkin Donuts ada satu Moge Harley Davidson. Langsung saja aku menghampirinya, dan aku sudah yakin kalau itu pasti Om Januar.

“Oke Om, aku samperin deh Om Januar nya,” ku balas sms Om Arfan.

“Oke, met wawancara ya, maaf ya ga bisa nemenin hari ini, ” balas Om Arfan.

Sampai juga aku di depan HD Om Januar. Om Januar kira-kira berusia empat puluh tahunan, dengan Celana Jeans, serta Jaket dan sepatu kulit hitamnya, aku agak sedikit takut untuk menghampirinya. Kesannya “Galak”.

“Pagi Om.. dengan Om Januar ya ?,” sapa aku memberanikan diri.

“Iya betul.. ,” jawabnya sedikit kaget, karena Om Januar sedang memainkan handphone sambil bersandar di HDnya.

Langsung saja aku memperkenalkan diri. Rupanya Om Januar sudah tahu, pasti dari Om Arfan.

“Oke mbak, kira-kira mau wawancara tentang Moge dari apanya nih ? jelek-jeleknya atau gimana?,” Tanya Om Januar sambil tertawa ringan.

“Hahahaha..Ya semuanya lah om biar seimbang, kalau untuk klub yang sekarang mau ke Sentul ini apa namanya Om ?,”

“Iya yang sekarang kumpul di Petronas ini dari ERC –Eagle Rider Community- komunitas Moge yang tempat kumpul-kumpulnya biasanya di Cikarang. Sebenernya banyak Klub Moge di Bekasi, macem-macem. Salah satunya ada yang unik nih namanya Sendok Garpu, karena tiap kali touring pasti sekalian wisata kuliner di tiap-tiap daerah yang dilintasi, sampai-sampai Logonya itu juga Sendok dan Garpu. Pokoknya jadi kaya rumah makan deh,” tutur Om Arfan antusias.

“Paling deket dan paling Jauh pernah touring kemana aja Om?,”

“Kalau paling deket ke Tretes, Jawa Timur. Kalau paling jauh pernah sampe Malaysia itu kurang lebih satu minggu. Nah kalau acara di Sentul sekarang ini, kita belajar Safety Riding, berkendara untuk jarak jauh kali ini kita akan Tour Eropa. Jadi belajar bagaimana kalau seandainya motor jatuh kita bisa berdirikan motor kita sendiri serta mempelajari keamanan standar touring,” papar Om Januar.

Sebelum melakukan wawancara, aku banyak melakukan riset data di internet mengenai Moge. Mayoritas pemberitaan di sejumlah media on-line yang aku temukan berunsur pencitraan negatif tentang Moge.

Beberapa diantaranya seperti mengenai klub moge di sejumlah daerah yang kerap kali menunjukkan arogansinya di jalan raya. Seperti yang dikutip dari okezone.com , artikel tersebut diberi judul “Ribut dengan Polantas, Anggota Klub Moge Diamankan” (Bandung), kemudian adapula yang berjudul “Gawat Ratusan Bikers Serbu Depok!” , lalu yang dikutip dari kompas.com “Moge arogan di jalanan” (Bali), “Gubernur Bali: Sita Moge Bodong”, kemudian ada artikel pemberitaan yang ditulis oleh Eddi Santosa dalam detikNews.com yang berjudul “Klub Moge Ancaman Kedua Setelah Mafia” (Den Haag) serta “Klub Moge Sehitam Seragamnya”.

Terkait hal tersebut, aku meminta pendapat Om Januar.

“Kalau untuk yang anarkis memang ada, tapi kan tidak semua anggota seperti itu. Ya, usaha kami
untuk meredam berita-berita tersebut dengan melakukan Tertib Lalu Lintas dan Safety Riding, tidak ugal-ugalan di jalan, apalagi sampai membahayakan pengguna jalan lain,kami selalu menegaskan itu di Komunitas kami ERC, ” papar Om Januar.


Tak lama kami berbincang, tibalah tiga moge lagi di Petronas. Jadi sekarang aku bisa lihat empat moge, tiga diantaranya jenis Harley Davidson yang suara mesinnya lebih seram, dan satu lagi jenis Gold Wing yang suaranya lebih halus. Kalau lihat Moge yang suka dipakai Polisi-Polisi, nah itu dia jenis Gold Wing.

Jenis Moge Harley Davidson di ujung kiri dan kanan, serta moge merah yang di tengah adalah jenis Gold Wing.
-- Foto-foto pribadi oleh Lintang

“Bagaimana tanggapan Om Januar, kesannya kalau orang-orang di moge itu serem-serem?,” tanya aku sambil sesekali memotret Harley Davidsonnya dengan Kodak Easyshare Model C142 Digital Camera berwarna merah yang aku bawa.

“hahahahaha… jangan salah loh mbak, dari luar kami memang terlihat seram, tapi sebenarnya kami tuh baik-baik loh,malah lebih galak mereka yang motor-motor kecil, ” kata Om Januar sembari tertawa.

“Pernah ada pengalaman apa Om ketika melintas di Jalan Raya dengan HD ?,”

“Iya..kadang kalo lagi solo rider -jalan sendiri-, saya suka kaget tiba-tiba di belakang sudah ada yang membuka jalan buat saya dan seolah-olah sepertinya mereka dengan suka rela mengawal saya, mereka itu motor-motor kecil , ” ungkapnya.

Rencana awal kalau Om Arfan ikut, aku akan ikut juga ke Sentul untuk melihat even tersebut. Berhubung kelengkapan mereka berkendara sangat jelas terlihat, maka aku pun tidak bisa ikut. Karena dari mulai helm yang digunakan,sepatu kulit, jaket tebal, sarung tangan, masker penutup hidung, sampai-sampai rante dompet. Semua terlihat safety alias aman.

“Mbak enggak bawa helm ya ? aduh sayang sekali, kalau bawa bisa ikut bareng kita, soalnya sekarang kita lagi betul-betul membawa misi Tertib Lalu Lintas sih,” tutur Om Januar sambil bersiap-siap merapikan jaket karena sebentar lagi mereka akan berangkat ke sentul.

“Iya Om gak apa-apa, wah tau gitu saya bawa helm ya tadi,” sesal saya.

“Oke gini aja, lain waktu kita bisa janjian lagi untuk ngobrol-ngobrol,” kata Om Januar.

“Iya Om, enggak apa-apa, hati-hati di jalan ya Om, terimakasih juga atas waktunya pagi ini,”
Perbincangan singkatku dengan Om Januar, mematahkan dugaanku sebelumnya kalau bikers moge itu galak dan arogan. Terbukti kesan ramah dan friendly aku temukan pada sosok Om Januar.


Selang Sehari, Jumat 24 Juni 2011

Pagi hari pukul 07.45 WIB aku mengirimkan SMS pada Om Arfan isinya aku ingin meminta waktu Om Arfan untuk diwawancarai seputar moge. Kali ini aku agak sedikit memohon lebih pada Om Arfan karena waktu deadline sudah semakin dekat.

Alhamdulilah, sembilan puluh lima menit kemudian alias pukul 08.40 WIB Om Arfan menyetujui permintaanku tersebut. Akhirnya kami sepakat untuk bertemu di lantai dua Bakmi GM Metropolitan Mall Bekasi seusai Sholat Jumat.

Untuk sekedar diketahui, aku sebenarnya belum pernah bertemu Om Arfan langsung secara tatap muka, lebih tepatnya sih aku lupa wajahnya. Tapi kita pernah hadir diacara yang sama yaitu acara Fun Really di EcoPark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, kurang lebih hampir sebulan lalu.

“Hallo Om Arfan, aku baru sampe nih Om di pintu masuk MM, Om dimana?,” teleponku.

“Iya, langsung ke Lt.2 Bakmi GM ya,”
Aku langsung bergegas menuju lantai dua Bakmi GM, setibanya disana aku kembali menelepon Om Arfan. Untuk lebih memastikan yang mana orangnya.

“Hallo Om, udah sampe nih?,” teleponku sambil mencari-cari sesosok wajah.
Hmmm….dan nampaknya aku sudah menemukan sesosok wajah yang juga tengah mencari-cari wajah yang sedang mencari. Dan akhirnya, kami pun sama-sama melihat.

“Iya iya..langsung kesini Lintang,”

“Oke Om,” dan telepon langsung ku matikan.

Langsung saja aku mengulurkan tangan untuk bersalaman dan memperkenalkan diri, maklum saja ini adalah awal jumpa kami tatap muka. Selama ini hanya komunikasi via telepon.

Ternyata dugaanku tentang Om Arfan salah besar, aku pikir semula Om Arfan hampir seusia dengan Om Januar, empat puluh tahunan. Ternyata tidak, Kulitnya yang “Indonesia” sekali dengan mengenakan T-Shirt berkerah dengan warna dasar cokelat muda dipadu corak garis-garis hitam, merah dan cokelat tua yang berarah horizontal, membuat Om Arfan tampak lebih Fresh –lebih muda maskudnya-. Apalagi dengan tatanan rambut “Spike” dan dengan gigi yang berbehel atas bawah membuat Om Arfan terlihat trendy abis –istilah ABG jaman sekarang-.

“Apa kabar Lintang? ,”

“Iya Om, baik, -sambil menghela nafas- aku fikir Om Arfan yang mana, ternyata dugaanku salah?,”
Aku duduk berhadapan dengan Om Arfan di meja kecil, Om Arfan memilih tempat di luar ruangan. Jadi kalaupun suaranya aku rekam, pasti akan banyak noise nya. Makanya hasil selama wawancara berlangsung banyak yang aku catat point-point nya saja pada notebook yang aku bawa.
“Mbak pesen dong! ,” teriak Om Arfan memanggil Pelayan Restoran.

“Lintang pesen apa?,”

“Aku minum aja Om, barusan sebelum kesini aku udah makan siang,” jawabku.

“Yakin ? yaudah kalo gitu pilih aja mau minum apa?,”
Setelah melihat daftar menu, aku tertarik dengan Lemon Blush dan Om Arfan pun ikut-ikut juga pesan minum yang sama.

“Langsung ya Om, aku mau tanya-tanya nih tentang Moge,” kata ku.

“Oke, Mau tanya dari mana?,”

“Setahuku klub Moge di Bekasi itu ada beberapa ya om? kalo Om sendiri aktif dimana saja? ,” tanya ku sambil meminum Lemon Blush, yang rasanya seperti lemon tapi warnanya biru.

“Kalau setahu aku si ada lumayan banyak ya, seperti, ERC (Eagle Rider Community) mayoritas anggotanya sudah berkeluarga , HELLNOISE (anggotanya kebanyakan anak muda), MBC (Motor Besar Club) yang merupakan pecahan dari ERC, dan HDCI (Harley Davidson Club Indonesia). Kalau aku gabung disemua sih, tapi lebih intens sama ERC ini. Baru gabung sekitar setahun lalu,” papar Om Arfan yang bekerja sebagai Marketting di Transport Equipments ini.

“ERC sendiri sudah berapa tahun berdiri Om, bisa diceritakan tentang Profil ERC ini?,”

“ERC ada sudah sekitar empat tahunan, jumlah anggotanya sampai saat ini kurang lebih empat puluh. Kita sering touring sudah hampir ke seluruh Indonesia, waktunya kalo lagi liburan panjang, biar semua anggota bisa ikut,oia kita juga punya motto loh, motto kita itu PERSAHABATAN TANPA BATAS, ” tutur pria asli Betawi yang juga anak ke-3 dari enam bersaudara ini.

Tujuan dari klub-klub moge ini adalah untuk menjalin silahturahmi. Kebanyakan kegiatan mereka selain touring dan membahas soal moge, juga sering kongko-kongko atau ngobrol-ngobrol. Kalau ingin mendapat banyak teman dan menambah saudara, sangat bisa untuk gabung dalam klub ini. Menurut Om Arfan, ia sebenarnya tidak terlalu nyaman dalam klub moge ini. Alasannya satu, kalau touring tidak bisa membawa keluarga, berbeda dengan klub mobil, kalau ada touring sekeluarga bisa diboyong –dibawa-.

Biasanya disetiap club diantara para pria suka ada wanitanya atau yang biasa disebut “Lady Bikers”. Aku pun menanyakan perkara hal ini.


“Kalau di ERC belum ada Lady Bikers nya, yang ada boncengers alias perempuan yang suka bonceng motor disaat kita touring. Mereka adalah istri-istri dari para bikers sendiri,” jelas Om Arfan yang pada satu Oktober ini genap berusia tiga puluh empat tahun.

“Bagaimana Om dengan suka duka yang dialami selama touring? ,”

“Banyak ya, seperti Mogok, ban bocor yang susah nambalnya, yang bikin tambah serunya lagi ya banyak bengkel yang nolak karena enggak berani megang HD,”


Khusus untuk Moge terutama Harley Davidson, tidak bisa menggunakan suku cadang/spare parts motor lain, harus asli HD. Bengkelnya pun tersedia khusus dan ada Badan Hukum Resminya. Atau paling tidak harus dibawa kebengkel khusus mobil.

Bagian yang paling menarik adalah mengenai harga. Berdasarkan keterangan Om Arfan, harga satu Moge Harley Davidson yang second dan paling biasa itu sekitar 100juta rupiah. Kalau Barunya tapi masih asli dari pabrik dan belum pakai asesoris apapun sekitar 200juta rupiah. Harga moge paling mahal bisa sampai 1 Milyar. Fantastis memang, menjadikan hobi ini sebagai hobi bagi
mereka dengan status ekonomi kelas atas.

“Ada budget khusus Om yang disiapkan untuk perawatan si Moge? ,”

“Iya ada kalau mau ganti oli, mesti disiapkan dana sekitar lima ratus ribu. Kalau Koplingnya harus diganti, kurang lebih empat sampai lima juta lah biayanya,” kata Om Arfan sambil agak-agak meringis merasakan betapa mahalnya perawatan moge yang dimilikinya.

Moge yang dimiliki Om Arfan sendiri adalah jenis Gold Wing berwarna putih. Ini dia yang pada Rabu lalu tidak bisa touring ke Sentul untuk mengikuti “Safety Riding” karena si Moge lagi sakit.

“Apa ya Om yang bikin Moge itu kelihatan seram kalau lagi di jalan seakan yang menjadi penguasa jalanan?,”

“Itu karena memang body moge dan CC mesinnya yang besar. Jadi memang tidak bisa jalan pelan, karena enggak enak,”

Satu lagi yang menambah kesan seram atau mungkin lebih tepatnya gagah. Ketika para bikers siap touring menggunakan jaket dan sepatu kulit, celana jeans, sarung tangan kulit, dan masker penutup hidung, serta tak lupa rante di dompet yang berguna supaya dompet tidak jatuh saat berkendara.

“Mesin moge kan besar sama seperti mobil, jadi kalau dompet jatuh takut enggak kedengaran, begitu juga kenapa semua asesoris serba kulit, ya supaya enggak panas kena mesin,” tutur Om Arfan


Kalau kita pernah mendengar mengenai berita moge yang bodong, nah itu ternyata memang benar ada. Bodong bukan berarti moge curian, tapi hasil dapatnya dari selundupan. Dulu jamannya tahun sembilan puluhan. Biasannya kalo moge bodong tidak bisa ikut touring, apalagi jarak jauh.

“Sudah berapa lama Om punya moge?,”

“Aku sama teman-teman kalau moge paling lama ada ditangan kita itu sekitar dua tahunan, habis itu selalu kita tukar dengan model-model baru,”


Kegiatan umum selain touring yang sering dilakukan oleh ERC adalah Bakti Sosial. Kegiatannya banyak dilakukan di wilayah-wilayah yang sering dilintasi kalau lagi touring. Misalnya bagi-bagi sembako, terus kalau lagi bulan Ramadhan sering mengadakan “Saur on the road” dan buka bersama di jalan.

“Kebanyakan daerah Cikampek, lintasan kita kalau mau kemana-mana,” tutur Om Arfan yang juga hobi otomotif dalam klub mobil ini.
Jenis moge yang ada di ERC cukup beragam, dari mulai Harley Davidson, Honda Gold Wings, dan juga Yamaha.





Harley Davidson




Gold Wing


“Ini ada pengalaman menarik ketika kami touring, kita ada teman namanya Heri. Tiap bawa dia, pasti aja mogenya mogok, kalau enggak bocor. Sampe-same teman-teman lain suka pada males kalau touring sama dia,” cerita Om Arfan.

Heri itu adalah teman baik Om Arfan, dia jarang memperhatikan kondisi mesin mogenya. Malah yang sering dilakukannya adalah membeli asesoris dan terus memodifikasi.

“Jadi ketika touring, moge Heri yang jadi juara sering mogok,” ungkap Om Arfan sambil tertawa mengingat sahabatnya itu.



Moge Harley Davidson milik Om Heri yang suka mogok





“Pernah perjalanan sama Heri dari Bekasi ke Bogor sampai tujuh jam, kayanya cuma aku yang mau nemenin Heri kalau lagi jalan,” katanya sambil menggelengkan kepala.

Klub moge apapun kalau lagi kumpul jadi satu, sudah tidak ada lagi yang namanya klub-klub mereka masing-masing. Itu semua karena solidaritas mereka yang tinggi.

Misalnya kalau lagi touring beriringan ada satu moge yang mogok, maka yang lain berhenti semua dan ikut membantu. Setiap touring juga selalu ada swiper –pengawal yang bertugas mengawasi moge lain, biasanya jalan paling belakang mengawasi kalau ada yang tertinggal-. Moge yang larinya paling kencang itu yang dipilih untuk jadi Swiper . Kadang ada juga moge yang jalan duluan dan tidak membantu bikers lain yang kesulitan. Nah yang seperti itu biasanya jarang yang mau menemani, karena rasa solidernya kurang.

“Kalau bicara dari style ada kawan kita yang heboh, namanya Om Eren dia Ketua HELLNOISE, badannya gemuk sekali, kedua tangannya dihiasi tato.Kalau lagi Touring rambutnya di mohak gaya anak punk. Padahal siapa yang menyangka kalau Om Eren itu orang BCA loh,” papar Om Arfan sambil terus menghabiskan Lemon Blush yang kami pesan tadi.

Alat komunikasi di ERC semua menggunakan Blackberry alasannya biar lebih mudah dan update terus dalam segala informasi. Kalau ada kabar apapun cepat keterimanya.

“Terbukti pernah ada kasus pencurian tepatnya sih ketika penjual moge dari ERC di Bekasi dengan percaya membiarkan calon pembelinya mencoba mogenya jalan-jalan. Ditunggu selama beberapa jam kok tidak pulang-pulang. Ternyata moge nya dibawa kabur. Pencuri itu meninggalkan mobilnya yang ternyata juga mobil sewaan di tempat penjual moge, langsung saja kita sebarkan berita kehilangan itu di BB, sekitar seminggu kemudian Pencuri itu ditemukan di daerah Malang, Jawa Timur. Langsung digebukin abis tuh maling,” papar Om Arfan dengan penuh emosi.


Sekitar dua puluh menit, aku dan Om Arfan tak terasa berbincang lengkap mengenai moge. Sambil menghabiskan minuman, Om Arfan menawariku untuk ke Cikarang ke bengkel Moge. Tanpa berpikir panjang aku menyetujuinya, karena biar aku dapat melihat langsung markas ERC di kawasan Jababeka tersebut.


Kami meninggalkan Bakmi GM Metropolitan Mall Bekasi pukul 14.00 WIB. Dan langsung bergegas ke Parkiran Mobil untuk segera berangkat menuju Cikarang. Avanza Silver milik Om Arfan pun menemani kami meluncur kesana.

Kurang lebih perjalanan kami satu jam. Beruntung disepanjang tol menuju Cikarang tidak terlampau padat. Dan kami pun tiba disana pukul 15.00 WIB.


Sampailah kami di sebuah ruko –rumah toko- tepatnya di Jalan Tapir Raya Blok Q 1 No. 2 Kota Jababeka Cikarang Bekasi. Tepatnya di CARAKA MOTOR, yaitu Bengkel Perbaikan dan Perawatan Servis Moge (Motor 4 Cilinder), Bebek, Trail, dan lain-lain.

Ruang yang cukup ramai dengan perkakas mesin motor dan perangkatnya. Aroma kepulan asap moge dan tumpahan oli sangat jelas terasa. Bising suara mesin membuat montir dan pemillik moge harus sedikit berusaha mengeluarkan suara yang lebih keras bila mereka berkomunikasi.


Terlihat enam motor gede yang tengah mengantri untuk di service. Setibanya disana, kami pun bertemu Om Januar ketua ERC dan juga sang istri, namun tak lama Om Januar menemani kami, ia pun harus pergi karena ada kepentingan lain yang tengah menanti.

Aku pun langsung mengeluarkan kamera digital yang ku bawa dan segera memotret moge-moge yang ada dibengkel. Tampak kesibukan disore itu para montir seakan tak bisa diganggu sama sekali. Langsung saja aku menghampiri satu montir diluar bengkel yang sedang memoles body Gold Wing.

“Bengkelnya operasi dari jam berapa mas?,” tanyaku.

“Dari jam tujuh pagi mbak sampe Maghrib lah, tapi kalau lagi ramai bisa sampe Isya,” kata mas
montir yang aku lupa tak bertanya namanya.

Sambil duduk di kursi dekat warung samping bengkel, aku dan Om Arfan minum estee.

“Naik moge yu,” Om Arfan menawariku.

“Boleh,boleh Om..kita mau kemana? ,” sahutku menyambut gembira.

“Keliling sini-sini aja, kan Jababeka lumayan luas,”

“Oke,”


Breemmm…bremmm..bremmm.. si Cantik Gold Wing Merah mulai menyala, Om Arfan langsung menyuruhku untuk menaikinya.



Moge Jenis Gold Wing


“Waw seru,” ucapku dalam hati.

Akhirnya aku merasakan juga naik moge. Seru banget sore ini, dibonceng Om Arfan yang sudah pernah touring kemana-mana. Kalau sudah naik diatas moge rasanya keliling kawasan Jababeka saja tuh kurang. Mungkin ini dia penyebab para bikers selalu ketagihan untuk touring jarak jauh.
Diatas motor.

“Gimana Lin rasanya? ,” tanya Om Arfan dengan suara yang terbawa hembusan angin.

“Seru banget Om..,” jawabku antusias sambil merasakan hembusan angin sore yang terasa lebih semriwing kali ini, mungkin karena aku lagi diatas moge.
Om Arfan mengendarai si cantik Gold Wing merah ini agak-agak ngebut. Wah makin beda sensasinya. Rasanya siap touring jarak jauh. Diperjalanan sepanjang kawasan, banyak mata mengarah pada kami. Itu pasti karena si cantik moge ini yang suaranya seram dan memiliki body yang aduhai.
Tiba-tiba ketika ditengah jalan,

“Kok panas ya Om kaki ku? ,” keluhku.

“Nah itu dia alasannya lin, kenapa kalau touring kita harus pakai sepatu kulit, biar enggak panas kena mesin dan biar lebih safety juga,” papar Om Arfan.

Tak terasa Om Arfan telah membelokkan si cantik ke arah Bengkel lagi.
Ketika kami baru saja sampai, datanglah beberapa moge dan para bikers yang juga teman-teman Om Arfan.

“Wey..Bro..apa kabar lo?,” sapa teman Om Arfan sambil memeluk dan sesekali saling menepuk bahu, namanya Om Budi.


Om Budi juga anggota dari ERC. Usianya kira-kira sama dengan Om Arfan, tiga puluh empatan. Tingginya sekitar 180cm, putih, berkacamata, serta terlihat friendly. Pada waktu touring ke Sentul Om Budi juga tidak bisa hadir , karena kondisi mogenya lagi kurang fit.

“Baik bro..ikut nih nanti malam kita touring? ,” tanya Om Budi.

“Enggak bisa bro gue..salam aja sama yang lain ya,” ucap Om Arfan sambil senyum.

Sapaan di Klub Motor ini menggunakan kata “bro” yang berarti brother atau kakak. Jadi tua ataupun muda, kalau sudah gabung di klub semuanya jadi muda.

Teman-teman Om Arfan malam itu akan mengadakan touring yang mengambil Start pukul 01.00 WIB dini hari di PGC Cililitan, Jakarta Timur. Mereka akan touring bersama Gubernur Jakarta, Fauzi Bowo. Kalau keesokan harinya, hari sabtu 25 Juni klub HELLNOISE akan touring dengan mengambil Start di Kelapa Gading, tahu Indro Warkop kan?, nah Om Indro itu tergabung dalam Klub ini.

Setelah Maghrib, kami pun memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, Om Arfan membelokkan stir Avanza Silvernya ke arah Rumah Makan Lesehan “Dapur Coet” yang letaknya tak jauh dari CARAKA MOTOR, bengkel moge kami tadi.

“Kita makan malem dulu yu..laper nih,”

“Oke,” jawabku.

Bilik bambu, saung-saung yang beralaskan tikar, serta para pelayan yang memakai seragam dengan motif batik, menambah suasana makan malam kali ini terasa nyaman sekali. Seperti berada di pedesaan, walaupun sebenarnya letak rumah makan ini masih didalam satu kompleks kawasan Jababeka.

Menu ayam, tempe dan tahu goreng, lalapan sambal, dan sayur asem pun meyambut makan malam kami. Es jeruk menanti untuk aku habisi. Begitupun Es kelapa muda menjadi pilihan Om Arfan untuk diteguknya malam itu.

Tak lama setelah kami usai makan, datanglah empat teman Om Arfan, tiga diantaranya datang dengan mogenya, dan satu lagi merupakan anggota ERC baru yang datang dengan Serena Silvernya, ia tidak membawa moge, sedang dalam perbaikan katanya. Rupanya Om Arfan memang sengaja mengundang mereka ke “Dapur Coet” ini untuk dinner bersama.

Hampir satu jam aku asik mendengarkan para bikers ngobrol ngalor-ngidul ditengah perjamuan makan malam kami. Alhamdulilah kenyang, dan setelah selesai kami pun pulang dengan tujuan masing-masing.

Ditengah perjalanan pulang di tol Bekasi Timur.

“Om, pertanyaan terakhir nih dari aku, kata-kata apa sih yang mewakili moge buat Om?,”

“Ride to Life, Life to Ride : Mengendarai untuk Hidup dan Hidup untuk Mengendarai, terkesan anak moge banget enggak tuh lin?,” jawab Om Arfan sambil senyum dan menaikkan kedua alisnya.

Waktu luang Om Arfan tak pernah lepas dari moge. Setiap kesempatan selalu digunakannya untuk terus memoles GoldWing putih miliknya. Ini karena semenjak kecil Om Arfan telah terbiasa merawat moge, karena sang ayah dahulu juga bikers moge HD. Jadi ini hobi keturunan.

“Om Arfan, makasih banyak ya Om untuk waktunya hari ini, aku langsung dibawa jalan-jalan ke bengkel mogenya,” Ucapku sambil senyum.

“Sama-sama lin, kalau ada yang kurang konfirmasi lagi aja ya,” kata Om Arfan mengakhiri perjumpaan kami malam itu.

0 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More